Amerika Serikat menerbangkan sebuah bomber jarak jauh B-1B di atas Semenanjung Korea pada hari Rabu (5/6) untuk latihan pengeboman berpemandu presisi pertama dengan Korea Selatan dalam tujuh tahun, kata Korea Selatan pada hari Rabu.
Latihan tersebut yang dipandang sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara, dilangsungkan ketika ketegangan meningkat akibat peluncuran balon-balon pembawa sampah ke arah Korea Selatan dan provokasi lainnya yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini.
Pelatihan pada hari Rabu melibatkan jet-jet tempur canggih Amerika dan Korea Selatan lainnya serta pesawat B-1B tersebut, bomber kedua Amerika yang untuk sementara dikerahkan di Semenanjung Korea tahun ini. Latihan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan komitmen keamanan AS terhadap Korea Selatan dan memperkuat postur pertahanan bersama, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Selama pelatihan tersebut, B-1B menjatuhkan Joint Direct Attack Munition (JDAM) saat dikawal oleh jet-jet Korea Selatan, yang merupakan latihan pengeboman pertama bagi pesawat bomber AS sejak tahun 2017, demikian pernyataan kementerian itu.
JDAM adalah perangkat panduan yang mengubah bom jatuh bebas yang tidak terarah menjadi amunisi "pintar" yang akurat dan tahan cuaca buruk. Dengan penambahan bagian ekor baru yang berisi sistem navigasi inersia dan unit kendali panduan sistem penentuan posisi global, JDAM meningkatkan akurasi bom yang tidak terarah dalam kondisi cuaca apa pun.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa jet tempur Korea Selatan juga melakukan latihan penembakan guna menunjukkan kesiapan negara tersebut untuk menghukum Korea Utara jika diprovokasi.
B-1B mampu membawa muatan senjata konvensional dalam jumlah besar. Korea Utara sebelumnya menyebut pengerahan pesawat tersebut sebagai bukti permusuhan AS.
Dalam seminggu terakhir, Korea Utara menerbangkan ratusan balon besar untuk menjatuhkan kotoran, puntung rokok, potongan kain, dan limbah baterai ke berbagai penjuru Korea Selatan. Sebagai tanggapan, Korea Selatan bersumpah akan melakukan tindakan pembalasan yang “tak tertahankan” dan menangguhkan perjanjian militer yang rapuh untuk mengurangi ketegangan dengan Korea Utara, dan memulihkan aktivitas militer garis depan mereka.
Penundaan perjanjian antar-Korea pada tahun 2018 memungkinkan Korea Selatan untuk melanjutkan latihan penembakan atau siaran propaganda anti-Korea Utara melalui pengeras suara di wilayah perbatasan. Langkah-langkah tersebut kemungkinan besar akan mendorong Korea Utara untuk mengambil langkah-langkah provokatif sebagai tanggapannya.
Baru-baru ini, Korea Utara meluncurkan roket dalam upaya untuk menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit yang melanggar resolusi PBB, namun meledak tak lama setelah lepas landas. Mereka juga melakukan uji coba senjata berkemampuan nuklir untuk menyimulasi serangan pendahuluan terhadap Korea Selatan, dan diduga mengganggu sinyal navigasi GPS di Korea Selatan. [ab/uh]