Ketika orang menyebut kata Texas, banyak yang mengasosiasikannya dengan koboi bertopi besar dengan sepatu bot berujung lancip. Tapi Texas lebih dari itu. Sebuah studi menemukan bahwa kota terbesar di negara bagian itu, Houston, merupakan kota besar paling beragam di Amerika Serikat, seperti tergambar dari keragaman kuliner dan berbagai kisah imigran di baliknya.
Amy Satsady dan keluarganya memboyong aroma Laos dan Thailand timur laut ke Houston, Texas – kota yang membawa kejutan baginya. “Saya yakin orang-orang beranggapan Texas itu isinya koboi, ternak dan ladang-ladang peternakan. Setidaknya itu yang dulu ada di benak saya,” sebutnya.
Satsady, yang berasal dari Kota Philadelphia, Pennsylvania, melihat Houston sebagai kota imigran. Ia dan saudara laki-lakinya membantu mengelola restoran milik ibu mereka, Chomsy Saysane, yang menawarkan kuliner khas Laos dan daerah Isaan di Thailand timur laut, di mana dirinya tumbuh besar.
“Selama Perang Vietnam ketika itu, kami tinggal di Laos sampai tahun 1979. Dan pada akhirnya kami pindah ke Thailand,” jelasnya.
Dari Thailand, ia dan suaminya kemudian bermigrasi ke Amerika Serikat. Ia masih ingat seperti apa rasanya. “Ya Tuhan, saya tidak menyangka bahwa dunianya akan begitu berbeda – beda negara, beda kehidupan. Rasanya Anda harus memulai kembali dari awal. […] ‘Mungkin mereka tidak punya nasi untuk dimakan.’ Saya pikir saat itu, ‘Ya ampun, saya harus membawa beras ketan’ atau sejenisnya untuk dimasak.”
Your browser doesn’t support HTML5
Setelah tinggal di beberapa negara bagian di Amerika, Saysane akhirnya pindah ke Houston, di mana bahan makanan khas Asia banyak tersedia. Sebagian warga Houston menyebut keanekaragaman makanan kota itu merupakan daya tarik utamanya.
Dosen sosiologi Universitas Houston, Tracy Xavia Karner, menuturkan, “Jika Anda datang ke negara yang asing, Anda ingin datang ke tempat di mana orang-orang berbicara dengan bahasa Anda, tempat di mana Anda bisa membeli makanan yang biasa Anda makan, dan Houston memiliki itu semua.”
Hal lain yang menarik imigran datang ke Houston adalah murahnya biaya hidup dan beragamnya lapangan kerja yang tersedia, dari sektor energi hingga bidang kesehatan.
Situs keuangan pribadi WalletHub menganalisis data pemerintah dan menyebut Houston sebagai kota besar paling beragam di Amerika Serikat pada tahun 2024.
Chip Lupo, penulis di WalletHub, menuturkan, “Kota ini ada di peringkat atas di sejumlah metrik soal keberagaman, termasuk keberagaman latar belakang pendidikan, keberagaman bahasa, keberagaman industri, keberagaman agama.”
Saysane mengatakan, kota itu sudah banyak berubah dibanding tahun 1985 ketika ia tiba di sana. “Saat itu cuma ada dua kuil: kuil Thailand dan kuil Laos dan tidak banyak pilihan lain. Sekarang kami punya lebih banyak pilihan.”
Seperti banyak imigran lain, Saysane lantas membuka restoran dengan bantuan keluarganya. Putranya, Alan Ortiz, selalu mengingat masakan ibunya ketika mengenang masa kecilnya. “Ia akan membuatkan saya nasi ketan. Makanan khas Laos. […] Ia menunjukkan kasih sayangnya lewat makanan,” jelasnya.
Kini Saysane memasak untuk siapa saja yang ingin mencicipi masakan rumahannya, yang pada gilirannya juga membantu membiayai sanak-saudaranya yang tinggal di Asia Tenggara.
Meski mengelola restoran bersama keluarga tidak selalu mudah, putrinya, Satsady, mengatakan bahwa hasilnya sepadan. “Pada akhirnya, kami menyayangi satu sama lain. Kami tidak mau bekerja di tempat lain kecuali bersamanya, karena kami bersenang-senang,” jawabnya.
Bersenang-senang menambah keragaman kuliner dan budaya di kota Houston. [rd/lt]