Investigasi Temukan Akun OnlyFans Tampilkan Pelecehan Seksual Anak

ILUSTRASI - Logo OnlyFans terlihat di monitor komputer di St. Louis, 7 Desember 2023. (Jeff Roberson/AP)

Gambar eksplisit yang melibatkan anak-anak dilarang di sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, dan juga dilarang menurut kebijakan OnlyFans.

Seorang penyidik berpengalaman dalam penanganan eksploitasi anak mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ia melaporkan 26 akun di situs dewasa populer OnlyFans kepada pihak berwenang karena diduga menampilkan konten seksual yang melibatkan gadis remaja di bawah umur.

“Apa yang mengkhawatirkan adalah cakupan dan skalanya,” kata Matt W.J. Richardson, kepala divisi intelijen di The Canadian Open Source Intelligence Centre. Ia menambahkan bahwa banyak akun memuat lebih dari satu perempuan yang ia curigai berada di bawah umur.

Dalam satu hari setelah ia melaporkannya pada 16 Desember, semua akun tersebut telah dihapus dari OnlyFans, ujar Richardson, yang organisasinya melatih aparat penegak hukum dan instansi pemerintah dalam intelijen sumber terbuka untuk membantu memerangi kejahatan seperti perdagangan manusia dan eksploitasi anak.

Richardson mengatakan ia melaporkan 26 akun tersebut karena diduga mengandung materi pelecehan seksual anak kepada Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC), lembaga di Amerika Serikat yang menjadi pusat pelaporan untuk kasus pelecehan terhadap anak.

Beberapa akun, ungkap Richardson, saling terhubung melalui posting promosi, menunjukkan bahwa akun-akun itu mungkin dikelola oleh orang atau kelompok yang sama.

Menurut Richardson, gambar-gambar di akun-akun tersebut menampilkan perempuan dengan ciri fisik khas anak di bawah 18 tahun. Kebanyakan memiliki pinggul sempit dan kurang menunjukkan tanda kematangan fisik. Banyak pula yang punya bahu sempit atau tampak jauh lebih pendek dari 150 sentimeter, katanya.

Gambar eksplisit yang melibatkan anak-anak dilarang di sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, dan juga dilarang menurut kebijakan OnlyFans. Di situsnya, OnlyFans menyatakan mereka melarang konten yang menampilkan eksploitasi atau pelecehan terhadap siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun, bahkan jika pelakunya orang dewasa yang “berpura-pura menjadi” di bawah 18.

National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC) mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak bisa berkomentar soal laporan yang masuk ke saluran pelaporannya.

Secara umum, menurut NCMEC, mereka berupaya memastikan apakah laman web yang dilaporkan benar-benar memuat materi pelecehan seksual anak atau konten eksploitatif. Jika diperlukan, mereka memberi tahu perusahaan yang menjadi host konten tersebut; kemudian tergantung pada pihak perusahaan apakah konten tersebut akan dihapus atau diblokir. Selain itu, semua laporan “diteruskan ke lembaga penegak hukum yang berwenang untuk kemungkinan penyelidikan,” kata NCMEC.

Menanggapi temuan laporan ini, juru bicara OnlyFans mengatakan perusahaan menerapkan “pendekatan tanpa toleransi” terhadap materi pelecehan seksual anak di platform mereka dan memiliki “proses verifikasi ketat untuk memastikan semua kreator berusia di atas 18 tahun.”

OnlyFans bekerja sama erat dengan NCMEC untuk “menyelidiki secara menyeluruh setiap laporan yang mereka terima tentang platform kami,” ujar juru bicara tersebut. Namun, Ia tidak menjawab pertanyaan mengapa 26 akun tersebut baru dihapus setelah dilaporkan oleh Richardson.

OnlyFans menyatakan pihaknya memeriksa semua konten dan segera menghapus serta melaporkan materi yang diduga mengandung pelecehan seksual anak apabila terdeteksi.

Menurut CEO OnlyFans, Keily Blair, dalam sebuah pidato pada Agustus, perusahaan memiliki “tim pra-pemeriksaan” yang memakai teknologi untuk mendeteksi konten yang “hampir pasti menampilkan anak di bawah umur.”
Blair mengatakan OnlyFans berinvestasi besar-besaran dalam moderasi konten yang memungkinkan perusahaan “berfokus untuk menjaga keamanan komunitas dan memastikan platform ini hanya untuk orang dewasa.” OnlyFans juga menyatakan semua konten akhirnya ditinjau oleh moderator manusia.

Juru bicara tersebut menambahkan bahwa OnlyFans sendiri membuat 347 laporan ke NCMEC pada 2023, “jauh lebih sedikit daripada jutaan kasus yang dilaporkan oleh platform media sosial lain di mana pengguna bisa tetap anonim dan kontennya tidak dimoderasi.”

Sebanyak 4,1 juta kreator konten di OnlyFans umumnya menjual foto dan video eksplisit dengan biaya berlangganan bulanan, ditambah pembayaran satu kali. Perusahaan mengambil seperlima dari pendapatan tersebut. Model berlangganan ini pada dasarnya menempatkan akses berbayar pada hampir setiap akun OnlyFans, sehingga cukup sulit untuk ditelusuri dari luar.

Dalam investigasi pada Juli lalu, Reuters menggunakan catatan kepolisian dan pengadilan Amerika Serikat untuk memverifikasi 30 pengaduan ke penegak hukum mengenai dugaan materi pelecehan seksual anak di OnlyFans antara Desember 2019 dan Juni 2024. Berkas-berkas tersebut merujuk pada lebih dari 200 video dan foto eksplisit yang melibatkan anak, termasuk orang dewasa yang melakukan seks oral dengan balita.

Kepada Reuters saat itu, OnlyFans mengatakan NCMEC memiliki “akses penuh” ke situsnya, termasuk di balik dinding berbayar. Namun, NCMEC menyatakan akses itu “terbatas” pada akun-akun OnlyFans yang dilaporkan ke saluran pelaporan atau terkait kasus anak hilang. Selebihnya, NCMEC menyatakan “tidak secara proaktif memantau, memoderasi, atau berupaya meninjau konten secara menyeluruh” di balik paywall OnlyFans. [th/ab]