Menjelang lawatannya ke Washington, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membahas tentang lebih dari 200 ribu perempuan di Asia yang dipaksa bekerja sebagai budak seks oleh tentara Jepang selama Perang Dunia II. Dalam wawancara dengan harian Washington Post, Abe mengatakan ia sedih memikirkan kesakitan dan penderitaan para korban perdagangan manusia.
Kata-katanya tidak banyak menghibur Ahn Seon-mi, Dewan Korea Bagi Perempuan Yang Tercatat Sebagai Budak Seks oleh militer Jepang, kelompok yang mewakili apa yang disebut “Perempuan Penghibur” yang masih hidup dan kini semua berumur di atas 90 tahun.
Ahn Seon-mi mengatakan ada maksud tersembunyi dalam penggunaan kata-kata “perdagangan manusia” dalam komentar-komentar Abe untuk menyepelekan isu tersebut dan menutupi jahatnya perbudakan seks.
Abe ingin tampak patriotik dan nasionalis untuk mendapat dukungan politik bagi agendanya termasuk menafsirkan kembali UUD Jepang yang bersifat damai, supaya bisa dipakai untuk memperkuat keterlibatan militernya di kawasan Pasifik.
Tapi Abe juga memicu kemarahan di Korea Selatan dan China ketika ia berkunjung ke kuil PD II yang kontroversial di mana terdapat kuburan sejumlah penjahat perang Jepang.
Tsuneo Watanabe, analis kebijakan luar negeri Tokyo Foundation mengatakan sebagian besar kritik yang dilancarkan pengecam Perdana Menteri Abe dan retorika yang disampaikan pendukungnya tidak mewakili pandangan Abe.
Pada waktu Abe berpidato pada Kongres Amerika nanti, Watanabe berpendapat Abe harus menjelaskan sikapnya dan bisa meminta Amerika untuk membantu meredakan ketegangan regional yang disebabkan perilaku Jepang dalam perang dunia kedua.
"Sangat penting menyampaikan hal-hal ini kepada rakyat Amerika, karena kuatnya pengaruh Amerika pada negara-negara tetangga Jepang," kata Watanabe.
Namun, Ahn Seon-mi mengatakan PM Abe sekarang telah kehilangan semua kredibilitasnya.
Meskipun demikian telah ada kemajuan diplomatik untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan ini. Menteri-menteri LN Jepang, China, dan Korea Selatan baru-baru ini bertemu untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk membahas masalah ini dan isu-isu lainnya yang memecah belah mereka.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye juga sempat bertemu sebentar dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ketika menghadiri pemakaman kenegaraan mantan pemimpin Singapura, Lee Kuan Yew. Mereka dilaporkan membahas langkah-langkah lebih lanjut untuk menyelesaikan perbedaan mengenai isu-isu lama ini.