Afghanistan Desak Pakistan Bebaskan Lebih Banyak Tahanan Taliban

  • Ayaz Gul

Menlu Afghanistan Zalmay Rasoul (kiri) dan PM Pakistan Raja Pervaiz Ashraf diIslamabad, Pakistan, 30 November 2012.

Menlu Afghanistan mendesak Pakistan membebaskan lebih banyak lagi para anggota Taliban yang ditahannya untuk membantu membujuk Taliban agar bersedia melakukan perundingan perdamaian.
Dengan sebagian besar pasukan internasional menarik diri dari Afghanistan pada akhir 2014, negara yang dilanda perang itu telah meningkatkan upaya untuk mencari bantuan tetangganya, Pakistan dalam mengupayakan rekonsiliasi politik dengan pemberontak Taliban.

Setelah apa yang digambarkan sebagai misi yang sangat berhasil oleh delegasi Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan ke Islamabad awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Afghanistan Zalmay Rassoul mengadakan pembicaraan "mendalam" dengan para pemimpin Pakistan pada hari Jumat untuk melanjutkan proses tersebut.

Pembicaraan antara anggota Dewan Tinggi Perdamaian dan pemimpin-pemimpin Pakistan berujung pada pembebasan sejumlah pejabat Taliban Afghanistan dari penjara Pakistan atas permintaan Afganistan.

Berbicara kepada wartawan bersama mitranya dari Pakistan, Hina Rabbani Khar, menteri luar negeri Afghanistan mengatakan hari Jumat, ia berharap Islamabad akan segera membebaskan sisa anggota Taliban yang masih ditahan.

"Ini adalah waktu untuk melanjutkan tugas kita dalam mendorong proses perdamaian ke depan, sehingga semua orang yang bisa membantu memajukan proses perdamaian dapat bebas dan pada akhirnya pemerintah Afghanistan dan Taliban dapat melakukan proses negosiasi yang berkelanjutan. Kami ingin semua anggota Taliban Afghanistan kembali ke negara mereka dan bergabung dalam proses politik secara konstitusional di sana, dan memainkan peran dalam memajukan pembangunan bangsa kami,” papar Rassoul.

Pakistan, secara luas dianggap telah mendukung sejumlah kelompok pemberontak di Afghanistan, sementara beberapa pemimpin utama Taliban juga mencari perlindungan di Pakistan. Pakistan juga diklaim telah menggunakan taktik menunda untuk mencoba mempengaruhi rekonsiliasi politik di Afghanistan untuk kepentingannya.

Pakistan menolak tuduhan dan persepsi itu sebagai keliru, mengatakan mereka telah kehilangan ribuan warga sipil dan pasukan keamanan dalam pertempuran selama satu dekade melawan terorisme. Militan Taliban yang berkembang di Pakistan sering melakukan serangan bunuh diri dan serangan teroris lainnya di seluruh pelosok Pakistan. Menteri Luar Negeri Pakistan Khar menegaskan bahwa negaranya telah menderita kerugian jiwa dan ekonomi paling banyak dibandingkan dengan negara lainnya dalam perang melawan terorisme.

“Kami tidak perlu orang lain untuk memberitahu kami tentang bagaimana seriusnya kami melawan ancaman terorisme. Kami kehilangan anak-anak kami setiap hari karena terorisme. Kami sangat paham akan ancaman terorisme. Kami menawarkan kapada dunia kesempatan untuk bekerja sama melawan terorisme sebagai ancaman bersama daripada menyalahkan orang lain,” ujar Menlu Khar.

Para menteri luar negeri Afghanistan dan Pakistan mengatakan kepada wartawan bahwa untuk memajukan proses rekonsiliasi politik Afghanistan, kedua negara telah sepakat untuk mengadakan pertemuan bersama para cendekiawan Islam di Kabul pada bulan Januari. Para pejabat mengatakan bahwa ulama dari negara-negara Muslim lainnya mungkin juga diundang dalam konferensi para ulama yang direncanakan itu.

Para pejabat Afghanistan mengatakan Taliban dan kelompok-kelompok lainnya menyebutkan kehadiran pasukan asing di negara itu sebagai alasan terjadinya pemberontakan. Mereka berharap bahwa setelah ditariknya pasukan internasional dari Afghanistan para ulama Islam dapat membantu membujuk gerilyawan Afghanistan untuk mengakhiri tindakan kekerasan mereka.