Afrika Selatan berkabung satu minggu menjelang pemakaman Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu, yang meninggal pada Minggu (26/12) dalam usia 90 tahun.
Setiap siang, lonceng di Katedral St. George di Cape Town akan berdentang selama 10 menit. Satu buku tamu telah disiapkan di katedral untuk ditandatangani oleh para pelayat. Balai kota Cape Town dan Table Mountain juga akan diterangi cahaya ungu setiap malam sampai pemakaman pada Sabtu (31/12).
Tutu, pemenang Nobel perdamaian yang dikenal di seluruh dunia karena aktivisme anti-apartheid dan sebagai pembela hak asasi manusia, akan disemayamkan di katedral pada Jumat. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan kematian Tutu pada Minggu (26/12).
BACA JUGA: Pejuang Kesetaraan Hak Desmond Tutu Tutup UsiaTutu jauh lebih dari pemimpin spiritual. Dia mengisi hidupnya dengan mengadvokasi hak-hak sipil dan berbicara menentang ketidakadilan, korupsi dan penindasan. Ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1984 atas aktivismenya melawan rezim apartheid rasis Afrika Selatan.
Penghormatan untuk Tutu berdatangan, termasuk dari Presiden Amerika Joe Biden dan ibu negara Jill Biden. Dalam pernyataan Biden mengatakan, “Keberanian dan kejelasan moralnya membantu mengilhami komitmen kami untuk mengubah kebijakan Amerika terhadap rezim Apartheid yang represif di Afrika Selatan.”
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, “Uskup Agung Tutu adalah tokoh global bagi perdamaian dan inspirasi bagi generasi di seluruh dunia. Selama hari-hari tergelap apartheid, dia adalah mercusuar yang bersinar untuk keadilan sosial, kebebasan, dan perlawanan tanpa kekerasan.
Pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama mengatakan, “Uskup Agung Desmond Tutu sepenuhnya berdedikasi untuk melayani saudara-saudarinya demi kebaikan bersama yang lebih besar.”
Tutu meninggalkan seorang istri, anak, saudara dan keluarganya. [ka/ab]