Afrika Selatan Blokir Penjualan Senjata ke Saudi dan UEA

Berbagai senjata api yang disita Kepolisian Los Angeles, 13 Februari 2019. (Foto: AP)

Afrika Selatan memblokir penjualan senjata ke sejumlah negara, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Hal tersebut terjadi karena adanya sengketa inspeksi yang membahayakan bisnis miliaran dolar dan ribuan pekerjaan di industri persenjataan.

Penghentian tersebut terkait dengan adanya klausa dalam dokumen ekspor yang mengharuskan pelanggan asing berjanji untuk tidak mentransfer senjata ke pihak ketiga. Selain itu pejabat Afrika Selatan juga berhak memeriksa fasilitas mereka untuk memverifikasi kepatuhan. Demikan berita yang dilansir dari Reuters.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang menyumbang setidaknya sepertiga dari ekspor senjata Afrika Selatan dan terlibat dalam perang di Yaman, menolak inspeksi yang mereka anggap melanggar kedaulatan mereka, kata sumber Reuters tersebut.

BACA JUGA: Ekspor Peralatan Militer Israel Capai $7,5 Miliar Tahun 2018

Oman dan Aljazair juga menolak inspeksi tersebut, sehingga impor senjata dari Afrika Selatan diblokir, tambah pejabat industri itu.

Pejabat pemerintah dari keempat negara tersebut tidak menanggapi email dan panggilan telepon dari Reuters untuk meminta komentar, begitu pula kedutaan besar mereka di Afrika Selatan.

Ditanya tentang masalah klausa inspeksi, Ezra Jele, Direktur Pengendalian Senjata Konvensional di Kementerian Pertahanan Afrika Selatan mengatakan, pemerintah mempertimbangkan beberapa klausa ketika mengevaluasi izin ekspor senjata, termasuk diantaranya isu hak asasi manusia, konflik regional, risiko pengalihan, resolusi Dewan Keamanan PBB dan kepentingan nasional.

BACA JUGA: Denmark Tunda Ekspor Senjata ke Arab Saudi Karena Kasus Khashoggi

Asosiasi Industri Dirgantara, Maritim dan Pertahanan Afrika Selatan (AMD) mengatakan perselisihan itu dapat mengancam kelangsungan hidup sektor ini.

“Kami memiliki satu klausa yang melumpuhkan ekspor kami senilai 25 miliar rand (AS$1,7 miliar) saat ini,” Simphiwe Hamilton, kepala AMD, mengatakan kepada Reuters.

Badan industri memperkirakan pemblokiran ekspor tersebut dapat menyebabkan hilangnya hingga 9.000 pekerjaan di perusahaan pertahanan dan industri pendukung. [ah]