Airbus memangkas lebih dari 2.000 pekerjaan di divisi Pertahanan dan Ruang Angkasa, atau 6% dari divisi terbesar keduanya, termasuk ratusan posisi manajemen, demikian petikan laporan kantor berita Reuters hari Rabu (4/12) yang merujuk pada pernyataan dua orang yang mengetahui hal ini.
Lebih separuh dari 2.043 total pengurangan pekerjaan – yang mempengaruhi 1.128 posisi – adalah di bisnis Space Systems yang sedang mengalami kesulitan menyusul kerugian besar, kata mereka kepada Reuters tanpa bersedia disebut namanya.
Juru bicara Airbus menolak mengomentari angka-angka yang diberikan kepada serikat pekerja dalam dua hari pertama pengarahan.
Airbus pada bulan Oktober lalu mengumumkan rencana untuk memangkas hingga 2.500 pekerjaan di bagian Pertahanan dan Luar Angkasa, atau 7% dari jumlah tenaga kerja, setelah merugi sekitar 1,5 miliar euro dalam bisnis satelit, akibat program OneSat yang bermasalah.
Kelompok kedirgantaraan terbesar di Eropa ini telah mengatakan akan melakukan pemangkasan pada pertengahan tahun 2026, namun menangguhkan hal itu karena restrukturisasi, sambil menunggu pembicaraan rinci dengan serikat pekerja.
BACA JUGA: Airbus PHK 2.500 Pekerjaan Bidang Angkasa LuarDalam rencana yang diuraikan kepada serikat pekerja pada hari Rabu, Airbus juga memaparkan 250 pemutusan hubungan kerja di sub-divisi Air Power atau pesawat tempur, dan 47 di Connected Intelligence, kata sumber tersebut. Markas besar divisi tersebut akan memangkas 618 jabatan, tambah mereka.
Jerman akan menanggung bagian terbesar dari keseluruhan pemangkasan yaitu 689 posisi, diikuti oleh Perancis dengan 540, Inggris dengan 477, Spanyol dengan 303, dan negara-negara non-inti lainnya dengan 34.
Keempat negara itu mendirikan Airbus lebih dari 50 tahun yang lalu. Pemotongan biaya biasanya merupakan topik yang sensitif secara politis.
Pemerintahan keempat negara tuan rumah telah diberi pengarahan tentang pemotongan lapangan kerja yang merupakan bagian dari rencana reorganisasi yang disebut Proton.
Airbus membuat satelit dan pesawat pengangkut dan memiliki saham utama dalam program rudal, pesawat tempur, dan peluncuran luar angkasa Eropa.
Pemutusan hubungan kerja ini dilakukan setelah tinjauan efisiensi selama lebih dari setahun di bidang Pertahanan dan Antariksa dan membidik biaya overhead dan biaya tetap yang tinggi dengan berfokus pada posisi kerah putih dan manajemen daripada posisi operasional, kata sumber-sumber tersebut.
Reuters pada hari Selasa melaporkan bahwa Airbus, Thales dan Leonardo juga menjajaki rencana yang diberi nama “Project Bromo” untuk mendirikan perusahaan Eropa baru yang mengumpulkan aktivitas satelit untuk membantu bersaing dengan Starlink milik Elon Musk. [em/ka]