Koordinator Wilayah Mafindo Surabaya, Yohanes Adven Sarbani, mengatakan orang-orang usia lanjut merupakan kelompok rentan pengguna media digital yang dapat menjadi korban sekaligus pelaku penyebaran. Program tular nalar yang secara khusus ditawarkan Akademi Digital Lansia, bertujuan untuk membekali lansia agar cakap digital sehingga mampu menyaring informasi yang diperoleh, tidak mudah tertipu, dan mampu mengamankan data pribadi dengan baik.
Your browser doesn’t support HTML5
“Pertama, lansia berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kami (Mafindo -red) itu adalah pihak yang paling rentan ketika mereka menggunakan media sosial. Ketika mereka berselancar di dunia digital, mereka pihak yang paling rentan karena mudah percaya, belum bisa memilah mana informasi yang benar dan salah, termasuk belum juga mengetahui cara penyimpanan password dan lain sebagainya," paparnya.
Penelitian Mafindo bersama UNICEF yang dilakukan pada 2020 menunjukkan bahwa faktor usia dan pendidikan berpengaruh kuat pada kepercayaan pada hoaks. Para lansia, kata Adven, sering memiliki akses terbatas pada informasi yang benar, karena ketidakterampilan mereka dalam menggunakan gawai komunikasi.
“Informasi yang tidak benar mereka mudah sekali, mungkin niatnya baik, menyebarkan informasi ke keluarga, tetapi ternyata itu adalah informasi yang tidak benar. Tapi, mereka sudah terlanjur mempercayai informasi tersebut dan menyebarkan di grup keluarga atau pun di grup mereka sendiri (yang lain)," ujarnya.
Santi Indra Astuti, Manager Program Tular Nalar Mafindo, menambahkan bahwa pembekalan terhadap lansia bertujuan menjadikan mereka mampu berpikir kritis, tidak mudah tertipu, dan tidak menjadi bagian dari upaya menyebar ujaran kebencian dan kabar bohong. Kemampuan literasi digital ini, ujar Santi, tidak cukup hanya dari kemampuan untuk menghindari ancaman di dunia digital, namun lebih pada kecakapan menggunakan gawai serta melindungi data pribadi.
Ketua Rukun Warga (RW) 01, Kelurahan Airlangga, Surabaya, Suyono, mengatakan program tular nalar, khususnya melalui Akademi Digital Lansia yang dibuat oleh Mafindo, sangat dibutuhkan warga lansia.
“Saya rasa, pelatihan ini untuk menjaga keamanan warga kita sendiri dari penipuan-penipuan. Di sini itu banyak sekali. Kemarin itu ada penipuan pinjaman online itu, banyak yang ketipu di sini. Jadi alhamdulillah di sini ada kegiatan ini, bisa tahu sendiri bagaimana cara mengatasinya," kata Suyono.
BACA JUGA: Studi: Kebebasan Berinternet Indonesia Dibayangi Potensi Represi DigitalKemampuan menggunakan gawai secara benar, diakui Anik Julaikah, sebagai salah satu syarat warga lansia terhindar dari penipuan digital. Warga RT 10, RW 01, Kelurahan Airlangga ini telah mendapat banyak pengetahuan mengenai cakap digital dari program tular nalar. Anik mengaku mempraktikkan cara agar terhindar dari hoaks maupun penipuan digital, yakni dengan melakukan pemeriksaan fakta dan bertanya kepada orang lain terlebih dahulu ketika menerima informasi dari perangkat digitalnya.
“Kalau saya pribadi, ya itu tanya-tanya dulu, jangan langsung iya gitu kan. Biasanya orang lansia itu, lho aku dapat uang segini, tukarkan, biasanya orang tua-tua begitu. Kalau saya itu tidak mudah percaya, mesti dicek. Kadang dapat telepon, transfer bu, ibu dapat mobil, setelah saya cek tidak ada, sering begitu itu," jelasnya. [pr/ab]