Akibat Krisis Iklim, Beruang Kutub Utara Mengurus dan Sulit Berkembang Biak

  • Associated Press

Seekor beruang kutub jantan sedang memakan sepotong daging di pinggiran Teluk Hudson, Kanada, 23 Agustus 2010. Perubahan iklim mengakibatkan es laut menyusut memaksa beruang kutubmengu bah pola makan, menurut sebuah terbaru 2024. (Foto: The Canadian Press via AP)

Kadar lemak pada tubuh beruang kutub terdeteksi makin menurun karena es laut mencair lebih cepat, mengurangi pasokan makanan tinggi lemak bagi hewan tersebut.

Mencari beruang kutub di tempat Sungai Churchill bermuara di Teluk Hudson yang luas di Kanada, ahli biologi Geoff York memperhatikan wilayah di mana satwa-satwanya mengalami penurunan kadar lemak dan ketebalan lapisan es berkurang akibat perubahan iklim.

Dan saat ini, jumlah beruang kutub terdeteksi makin berkurang.

Sekarang ada sekitar 600 beruang kutub di Teluk Hudson Barat, salah satu dari 20 lokasi populasi hewan berbulu putih yang paling terancam tersebut.

Menurut York, direktur senior penelitian dan kebijakan di Polar Bears International, jumlah itu sekitar setengah dari jumlah 40 tahun lalu.

Studi terbarunya dengan tim ilmuwan dari berbagai bidang, menunjukkan bahwa jika dunia tidak mengurangi lebih banyak emisi gas yang memerangkap panas, "kita bisa kehilangan populasi ini seluruhnya pada akhir abad ini," katanya.

Bukan hanya sekadar beruang kutub yang terancam di gerbang kutub utara yang mulai berubah ini. Awal tahun ini, air yang lebih hangat mencairkan es laut dan lautan terbuka bertahan lebih lama. Bagi yang tumbuh, hidup, dan terutama makan di wilayah ini, perubahan itu terasa seperti fondasi rumah yang bergeser.

"Seluruh ekosistem laut terikat pada musim lapisan es laut itu," kata ilmuwan es laut Universitas Manitoba Julienne Stroeve.

BACA JUGA: Perubahan Iklim Berdampak Terhadap Kepunahan Beruang Kutub pada 2100

Para ilmuwan mengatakan ketika lapisan es di atas permukaan laut mencair lebih awal, hal itu akan menghangatkan suhu air secara keseluruhan dan mengubah pertumbuhan alga, yang mengubah plankton yang memakan alga, yang mengubah ikan, hingga ke rantai makanan setingkat paus beluga, anjing laut, dan beruang kutub.

"Yang kita lihat adalah transformasi ekosistem kutub utara menjadi lebih seperti lautan terbuka di selatan," kata York pada Agustus dari tepi perahu Zodiac sepanjang 12 kaki.

"Kita melihat transformasi dari plankton berlemak tinggi yang mengarah ke hal-hal seperti paus beluga dan beruang kutub menjadi plankton berlemak rendah yang berakhir dengan bagian terakhir dari rantai makanan adalah ubur-ubur."

Di sini, lemak itu baik.

“Untuk hidup di Kutub Utara, anda harus gemuk, atau hidup dengan memiliki cadangan lemak, atau keduanya.” kata Kristin Laidre, ilmuwan mamalia laut dari University of Washington yang mengkhususkan diri pada spesies Kutub Utara.

Beruang kutub — simbol perubahan iklim dan wilayah yang memanas empat kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya — adalah raja lemak. Ketika induk beruang kutub menyusui anaknya, seperti yang disaksikan tim Associated Press di bebatuan di luar Churchill, Manitoba, ibu kota beruang kutub di dunia — air susu yang keluar mengandung 30 persen lemak, kata York.

"Jika anda membayangkan krim kocok kental yang paling berat, rasanya seperti meminumnya," kata York. "Itulah sebabnya anak beruang yang lahir seukuran kepalan tangan saya pada bulan Januari dapat tumbuh hingga mencapai berat 20 hingga 25 pon pada Maret."

Seorang pria sedang memperhatikan kemungkinan kemunculan beruang kutub di dekat Teluk Hudson, di Churchill, Manitoba, Kanada, 3 Agustus 2024. (Foto: Joshua A. Bickel/AP Photo)

York mengatakan jumlah anak beruang yang lahir atau bertahan hidup pada tahun pertama semakin sedikit karena induknya tidak cukup gemuk ataupun kuat untuk hamil.

Beruang kutub mencari makan dengan lahap di musim semi yang tertutup es. Mereka menggunakan bongkahan es laut sebagai pangkalan untuk memburu mangsa favorit mereka, anjing laut berlemak tinggi, terutama anjing laut muda.

Di Teluk Hudson, tidak seperti daerah lain tempat tinggal beruang kutub, es laut secara alami menghilang di musim panas. Jadi beruang kutub kehilangan pasokan makanan mereka. Hal ini selalu terjadi, tetapi sekarang terjadi lebih awal pada setiap tahun dan daerah bebas es bertahan lebih lama, kata York dan Stroeve.

Jadi, sebagian besar beruang kutub kelaparan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa mereka berburu di darat dan memangsa rusa kutub atau karibu, burung, bahkan sampah manusia. Hal ini tentunya membutuhkan begitu banyak energi sehingga beruang yang berburu makanan di darat tidak mendapat asupan kalori lebih banyak dibanding beruang yang hanya duduk dan kelaparan.

"Di Teluk Hudson, kami tahu dari penelitian jangka panjang bahwa beruang saat ini menghabiskan waktu hingga satu bulan lebih lama di pantai daripada induk atau kakek nenek mereka. Itu berarti 30 hari lebih lama tanpa akses ke makanan, dan itu rata-rata," kata York.

BACA JUGA: Kutub Utara Catat Suhu Tertinggi Bulan Agustus

Beberapa tahun beruang mendekati ambang batas kelaparan selama 180 hari. Beruang kutub dapat berpuasa kurang dari itu dan tetap sehat, terutama karena mereka sangat pandai mengumpulkan dan menyimpan lemak untuk periode sulit ini, kata York. Selama periode sulit itu, para peneliti yang memantau beruang menemukan bahwa 19 dari 20 beruang kehilangan 47 pon atau sekitar 21,3 kilogram hanya dalam tiga minggu. Angka ini berkisar 7 persen dari berat badan mereka.

Es laut di Kutub Utara telah menyusut sekitar 13 persen per dekade, turun dalam bentuk anak tangga dan dataran tinggi sejak 1979, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional. Sementara es laut Kutub Utara mencapai luasan terendah keempat yang pernah tercatat pada akhir Agustus, di Teluk Hudson Barat angin yang tidak biasa menyebabkan es bertahan lebih lama dari biasanya, tetapi ini merupakan jeda sementara dan sangat terbatas.

Sebuah studi yang juga ditinjau oleh beberapa peneliti lainnya pada tahun ini dari Stroeve dan York mengamati tingkat es laut, ambang batas kelaparan 180 hari, dan simulasi iklim berdasarkan berbagai tingkat polusi karbon. Para peneliti menemukan bahwa begitu Bumi menghangat 1,3 atau 1,4 derajat Celsius (2,3 hingga 2,5 derajat Fahrenheit) dari sekarang, beruang kutub kemungkinan akan melewati titik yang tidak dapat kembali itu. Beruang akan menjadi sangat lapar dan populasi ini kemungkinan akan punah.

Sebuah bongkahan es mengambang dekat Pulau Bylot di Kepulauan Arktika Kanada, 24 Juli 2017. (Foto: David Goldman/AP Photo)

Beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengkaji upaya saat ini untuk mengekang emisi karbon dioksida memproyeksikan pemanasan sekitar 1,5 derajat hingga 1,7 derajat Celsius (2,7 hingga 3,1 derajat Fahrenheit) mulai sekarang pada akhir abad ini.

“Populasi beruang kutub itu pasti tidak akan mampu melaluinya,” kata Stroeve.

Ada sekitar 4.500 beruang kutub di tiga populasi Teluk Hudson dan sekitar 55.000 paus beluga. Secara keseluruhan, itu berarti lebih dari 141 juta pon (64 ribu ton) mamalia besar yang gemuk. Itu tampak besar, tetapi binatang putih itu kalah dalam pertarungan melawan beban yang lebih besar lagi: jumlah karbon dioksida yang memerangkap panas yang dimuntahkan dunia ke udara. Itu berarti 154 juta pon atau sekitar 70 ribu ton karbon dioksida setiap menitnya.

Bukan hanya beruang kutub.

Laidre dari Universitas Washington mengatakan beberapa ilmuwan berpendapat bahwa zooplankton air terkecil yang disebut kopepoda adalah hewan terpenting di Kutub Utara. Mereka punya kadar lemak tinggi dan merupakan makanan pokok bagi paus kepala busur.

BACA JUGA: Pakar: Salju di Arktika Mengandung Mikroplastik Dalam Jumlah Besar

Namun kopepoda hidup pada plankton tanaman yang lebih kecil yang mengalami perubahan. Waktu ketika kopepoda dapat berkembang biak berubah dan spesies baru masuk, "dan mereka tidak lagi kaya akan lipid," kata Laidre.

"Bukan berarti tidak ada kehidupan di luar sana," kata York sambil memandang Teluk. "Makhluk-makhluk yang hidup di Utara berubah dan tampak lebih mirip dengan Selatan."

Apa yang terjadi di Teluk Hudson merupakan sebuah pratinjau dari apa yang akan terjadi di wilayah utara, kata Stroeve.

Seorang ilmuwan es, Stroeve mengatakan ada sesuatu tentang beruang kutub yang begitu istimewa.

"Melihat mereka, melihat hewan hidup di lingkungan yang keras membuat saya sangat senang," kata Stroeve. "Dan entah bagaimana mereka bisa bertahan hidup. Dan apakah kita akan membuat mereka tidak bisa lagi bertahan hidup? Itu membuat saya sedih.'' [rz/ft]