Akses ke air bersih dan sanitasi sangat tidak merata di negara-negara sub-Sahara Afrika, demikian menurut penelitian terbaru para peneliti di London School of Hygiene Tropical Medicine.
WASHINGTON —
Laporan akses air bersih di begara-negara sub-Sahara yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Medicine, adalah laporan pertama yang melihat akses di setiap negara di wilayah Afrika.
Para peneliti mengatakan akses pada air bersih sangat beragam, mulai dari akses yang rendah 3,2 persen di beberapa daerah di Somalia sampai setinggi 99 persen di wilayah pusat-pusat perkotaan Namibia. Fasilitas sanitasi yang memadai juga tidak konsisten. Sanitasi yang sudah baik, seperti dilaporkan dalam penelitian tersebut, berkisar dari 0,2 persen di beberapa wilayah di Chad sampai mendekati 100 persen di Gambia.
Peneliti menggunakan model-model statistik dalam menganalisa data dari 138 survei nasional yang dilakukan di 41 negara Sub-Sahara Afrika antara tahun 1991 dan 2012.
Penelitian-penelitian itu mencatat informasi tentang penggunaan air bersih untuk keperluan rumah tangga, peningkatan fasilitas sanitasi dan buang air besar di tempat terbuka.
Menurut temuan terbaru, rumah tangga pedesaan di daerah-daerah itu -dengan tingkat akses terendah dalam sebuah negara- adalah 1,5 hingga delapan kali lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan air bersih, dua sampai 18 kali lebih kecil kemungkinan untuk menggunakan sanitasi yang lebih baik dan dua sampai 80 kali kemungkinan untuk buang air besar di tempat terbuka, dibandingkan dengan rumah tangga pedesaan di daerah-daerah yang memiliki akses penuh.
Para penulis kajian itu mengatakan strategi yang menarget daerah dengan akses terendah adalah penting untuk mencapai akses universal untuk sumber-sumber air minum dan sanitasi yang lebih baik.
Menurut laporan yang dibuat bersama oleh WHO dan UNICEF tahun lalu, lebih dari 2 miliar orang - atau sepertiga dari populasi dunia - akan tetap tanpa akses ke sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Tujuan Milenium PBB untuk air bersih dan sanitasi menarget pengurangan setengah jumlah orang yang, pada tahun 1990, kekurangan air minum dan fasilitas buang air yang bersih.
Tahun lalu laporan WHO-UNICEF mencatat bahwa dunia telah memenuhi target pengurangan setengah jumlah orang tanpa akses ke sumber-sumber air yang lebih baik, lima tahun lebih cepat dari jadual yang direncanakan.
Namun penilaian global itu, mungkin akan menghambat kemajuan tercapainya tujuan di Afrika.
Matthew Freeman dari Emory University's Rollins School of Public Health di Atlanta adalah salah satu penulis laporan mengenai air bersih dan distribusi sanitasi di sub-Sahara Afrika itu.
Sementara kajian itu tidak membahas tujuan-tujuan Milenium PBB, Freeman mengatakan penilaian mengenai kemajuan di seluruh dunia menuju peningkatan akses ke air minum bersih dipicu sebagian besar oleh kemajuan di negara-negara berkembang di Asia.
“Urbanisasi yang cepat dan investasi infrastruktur di China dan India telah menyebabkan perubahan dramatis dalam akses ke pasokan air yang lebih baik. Jadi, secara global target itu telah dicapai; tetapi, sedikit negara di sub-Sahara Afrika yang telah mencapai sasaran-sasaran tersebut,” kata Freeman.
Para ahli mengatakan bahwa masih ada waktu untuk mencapai tujuan PBB di sub-Sahara Afrika. Negara-negara yang telah mencapai sasaran tersedianya air bersih, menurut para ahli, mencakup Gambia, Kongo, Gabon, Malawi, Uganda, Burkina Faso, Guinea Bissau dan Swaziland.
Para penulis laporan London School itu mengatakan membuat data mengenai tersedianya sanitasi dan air minum di negara- negara itu mengungkap ketidakmerataan yang tersembunyi oleh Statistik Nasional.
Mereka mencatat sangatlah penting untuk meningkatkan infrastruktur dasar di daerah dengan akses terendah atas air bersih dan sanitasi untuk mencegah penyebaran penyakit menular.
Para peneliti mengatakan akses pada air bersih sangat beragam, mulai dari akses yang rendah 3,2 persen di beberapa daerah di Somalia sampai setinggi 99 persen di wilayah pusat-pusat perkotaan Namibia. Fasilitas sanitasi yang memadai juga tidak konsisten. Sanitasi yang sudah baik, seperti dilaporkan dalam penelitian tersebut, berkisar dari 0,2 persen di beberapa wilayah di Chad sampai mendekati 100 persen di Gambia.
Peneliti menggunakan model-model statistik dalam menganalisa data dari 138 survei nasional yang dilakukan di 41 negara Sub-Sahara Afrika antara tahun 1991 dan 2012.
Penelitian-penelitian itu mencatat informasi tentang penggunaan air bersih untuk keperluan rumah tangga, peningkatan fasilitas sanitasi dan buang air besar di tempat terbuka.
Menurut temuan terbaru, rumah tangga pedesaan di daerah-daerah itu -dengan tingkat akses terendah dalam sebuah negara- adalah 1,5 hingga delapan kali lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan air bersih, dua sampai 18 kali lebih kecil kemungkinan untuk menggunakan sanitasi yang lebih baik dan dua sampai 80 kali kemungkinan untuk buang air besar di tempat terbuka, dibandingkan dengan rumah tangga pedesaan di daerah-daerah yang memiliki akses penuh.
Para penulis kajian itu mengatakan strategi yang menarget daerah dengan akses terendah adalah penting untuk mencapai akses universal untuk sumber-sumber air minum dan sanitasi yang lebih baik.
Menurut laporan yang dibuat bersama oleh WHO dan UNICEF tahun lalu, lebih dari 2 miliar orang - atau sepertiga dari populasi dunia - akan tetap tanpa akses ke sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Tujuan Milenium PBB untuk air bersih dan sanitasi menarget pengurangan setengah jumlah orang yang, pada tahun 1990, kekurangan air minum dan fasilitas buang air yang bersih.
Tahun lalu laporan WHO-UNICEF mencatat bahwa dunia telah memenuhi target pengurangan setengah jumlah orang tanpa akses ke sumber-sumber air yang lebih baik, lima tahun lebih cepat dari jadual yang direncanakan.
Namun penilaian global itu, mungkin akan menghambat kemajuan tercapainya tujuan di Afrika.
Matthew Freeman dari Emory University's Rollins School of Public Health di Atlanta adalah salah satu penulis laporan mengenai air bersih dan distribusi sanitasi di sub-Sahara Afrika itu.
Sementara kajian itu tidak membahas tujuan-tujuan Milenium PBB, Freeman mengatakan penilaian mengenai kemajuan di seluruh dunia menuju peningkatan akses ke air minum bersih dipicu sebagian besar oleh kemajuan di negara-negara berkembang di Asia.
“Urbanisasi yang cepat dan investasi infrastruktur di China dan India telah menyebabkan perubahan dramatis dalam akses ke pasokan air yang lebih baik. Jadi, secara global target itu telah dicapai; tetapi, sedikit negara di sub-Sahara Afrika yang telah mencapai sasaran-sasaran tersebut,” kata Freeman.
Para ahli mengatakan bahwa masih ada waktu untuk mencapai tujuan PBB di sub-Sahara Afrika. Negara-negara yang telah mencapai sasaran tersedianya air bersih, menurut para ahli, mencakup Gambia, Kongo, Gabon, Malawi, Uganda, Burkina Faso, Guinea Bissau dan Swaziland.
Para penulis laporan London School itu mengatakan membuat data mengenai tersedianya sanitasi dan air minum di negara- negara itu mengungkap ketidakmerataan yang tersembunyi oleh Statistik Nasional.
Mereka mencatat sangatlah penting untuk meningkatkan infrastruktur dasar di daerah dengan akses terendah atas air bersih dan sanitasi untuk mencegah penyebaran penyakit menular.