Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengatakan sekitar 10 juta pemuda Indonesia mengalami hambatan dalam mengakses pendidikan.
BALI —
Dalam keterangannya usai pembukaan acara Global Youth Forum pada Selasa (5/12),
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengatakan bahwa diperkirakan 10 juta pemuda, dari sekitar 60 juta pemuda berusia di bawah 25 tahun di Indonesia, mengalami hambatan dalam mengakses pendidikan.
Agung mengatakan pemuda yang merupakan aset besar bagi bangsa, jika dibekali dengan keahlian dan pendidikan maka pada 2030 mendatang akan mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tetapi jika tidak dibekali keahlian dan pendidikan, maka pemuda tersebut akan menjadi beban bagi bangsa, ujar Agung. Menurut Agung, keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu penyebab masih banyaknya pemuda di Indonesia yang mengalami hambatan dalam mendapatkan akses pendidikan
“Jadi lebih pada infrastruktur, lebih pada keterasingan, terutama seperti di pulau-pulau bagian Maluku Utara, atau perbatasan, atau daerah terpencil. Kalau jumlah guru sudah cukup, tinggal distribusinya,” ujar Agung.
Ia menambahkan bahwa untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemuda Indonesia dalam mendapatkan pendidikan, pemerintah terus berusaha membangun sekolah-sekolah di daerah terisolir dan juga terus meningkatkan alokasi beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu
“Tetapi dari tahun ke tahun selalu meningkat, dari jumlah yang mendapatkan pendidikan, sebab tiap tahun kita alokasikan jutaan untuk beasiswa miskin, bahkan hampir 8 juta pelajar,” ujar Agung.
Direktur Eksekutif The United Nations Population Fund (UNFPA) atau Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Babatunde Osotimehin, mengatakan peran pemuda sangat penting dalam merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan pasca 2015. Apalagi sebanyak 43 persen dari penduduk global saat ini berada dalam usia di bawah 25 tahun, ujarnya.
“Kreativitas anak muda dan partisipasi mereka akan sangat menentukan, agar mereka bisa mengelola kehidupan di dunia ini, dan kami mendukung pemahaman mereka akan masalah-masalah yang terkini untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan penciptaan lapangan pekerjaan,” ujar Osotimehin.
Pelaksanaan Global Youth Forum, atau Forum Pemuda Global, tahun ini juga diisi dengan peluncuran mPowering, sebuah aplikasi seluler hiburan pertama di dunia yang akan memberdayakan pemuda dengan informasi dan akses terhadap pendidikan, pekerjaan dan sarana kesehatan yang tersedia langsung lewat telepon seluler mereka.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengatakan bahwa diperkirakan 10 juta pemuda, dari sekitar 60 juta pemuda berusia di bawah 25 tahun di Indonesia, mengalami hambatan dalam mengakses pendidikan.
Agung mengatakan pemuda yang merupakan aset besar bagi bangsa, jika dibekali dengan keahlian dan pendidikan maka pada 2030 mendatang akan mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tetapi jika tidak dibekali keahlian dan pendidikan, maka pemuda tersebut akan menjadi beban bagi bangsa, ujar Agung. Menurut Agung, keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu penyebab masih banyaknya pemuda di Indonesia yang mengalami hambatan dalam mendapatkan akses pendidikan
“Jadi lebih pada infrastruktur, lebih pada keterasingan, terutama seperti di pulau-pulau bagian Maluku Utara, atau perbatasan, atau daerah terpencil. Kalau jumlah guru sudah cukup, tinggal distribusinya,” ujar Agung.
Ia menambahkan bahwa untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemuda Indonesia dalam mendapatkan pendidikan, pemerintah terus berusaha membangun sekolah-sekolah di daerah terisolir dan juga terus meningkatkan alokasi beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu
“Tetapi dari tahun ke tahun selalu meningkat, dari jumlah yang mendapatkan pendidikan, sebab tiap tahun kita alokasikan jutaan untuk beasiswa miskin, bahkan hampir 8 juta pelajar,” ujar Agung.
Direktur Eksekutif The United Nations Population Fund (UNFPA) atau Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Babatunde Osotimehin, mengatakan peran pemuda sangat penting dalam merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan pasca 2015. Apalagi sebanyak 43 persen dari penduduk global saat ini berada dalam usia di bawah 25 tahun, ujarnya.
“Kreativitas anak muda dan partisipasi mereka akan sangat menentukan, agar mereka bisa mengelola kehidupan di dunia ini, dan kami mendukung pemahaman mereka akan masalah-masalah yang terkini untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan penciptaan lapangan pekerjaan,” ujar Osotimehin.
Pelaksanaan Global Youth Forum, atau Forum Pemuda Global, tahun ini juga diisi dengan peluncuran mPowering, sebuah aplikasi seluler hiburan pertama di dunia yang akan memberdayakan pemuda dengan informasi dan akses terhadap pendidikan, pekerjaan dan sarana kesehatan yang tersedia langsung lewat telepon seluler mereka.