Sekolah-sekolah di Hong Kong mulai dibuka kembali, Rabu (20/11), setelah enam hari ditutup, namun para pelajar dan para komuter masih menghadapi kendala transportasi karena sejumlah demonstran anti-pemerintah masih bertahan di sebuah universitas dan dalam pengepungan polisi.
Para pejabat kota berusaha memulihkan situasi dengan membuka sekolah-sekolah dasar dan menengah. Para pekerja terlihat membersihkan sebuah terowongan jalan besar yang dipenuhi benda-benda yang digunakan dalam aksi demonstrasi sebelumnya, namun tidak jelas kapan terowongan itu akan kembali dibuka untuk umum. Para pejabat mengingatkan para demonstran untuk tidak mengacaukan pemilu yang dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini.
Sekelompok kecil demonstran menolak untuk meninggalkan Hong Kong Polytechnic University. Jumlah mereka kurang dari 100 orang, jauh lebih kecil dari jumlah demonstran yang menduduki kampus itu beberapa hari sebelumnya. Para demonstran tidak bersedia meninggalkan lokasi karena kemungkinan akan ditangkap, sementara polisi mengepung kampus itu untuk mencegah mereka kabur.
Seorang demonstran, yang berbicara ke Associated Press dengan syarat namanya dirahasiakan, mengatakan, “Saya kira kalau kami pergi dan menyerahkan diri, ini akan menunjukkan bahwa kami setuju dengan apa yang dilakukan polisi dan pemerintah, atau berarti kami menghentikan perlawanan.”
Dalam insiden terpisah, Rabu, seorang mantan pegawai konsulat Inggris mengatakan ia ditahan di China daratan dan disiksa oleh polisi rahasia yang berusaha mencari informasi mengenai para aktivis yang terlibat dalam demonstrasi anti-pemerintah. Berita penahanan ini meningkatkan kekhawatiran para demonstran bahwa Beijing semakin meningkatkan cengkeramannya terhadap Hong Kong. [ab/uh]