Seorang aktivis terkemuka Rusia yang antipengerahan pasukan pada hari Selasa (8/6) mengatakan bahwa ia telah berhenti berkampanye untuk memulangkan para wajib militer dari garis depan di Ukraina setelah mendapat tekanan dari Kremlin.
Setelah awalnya ditoleransi dan diabaikan, Moskow semakin menindas sekelompok istri dan ibu-ibu yang secara terbuka menyerukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memulangkan para pria yang direkrut sebagai tentara untuk berperang di Ukraina hampir dua tahun yang lalu.
Maria Andreyeva, salah satu pemimpin kelompok “Put Domoy” (Jalan Pulang), mengatakan kepada AFP pada hari Selasa bahwa ia akan menghentikan kampanye publiknya, sehari setelah ia mengatakan bahwa ia telah dipecat dari pekerjaannya. “Sayangnya saya harus bekerja secara diam-diam,” kata Andreyeva kepada AFP melalui telepon.
Sebelumnya, ia dicap sebagai “agen asing” - sebutan yang memiliki konotasi mata-mata era Soviet yang menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia digunakan untuk menyingkirkan para pegiat anti-Kremlin, yang dianggap sebagai musuh.
“Agen asing tidak hanya dicabut haknya, mereka juga kehilangan mata pencahariannya,” kata Andreyeva dalam sebuah unggahan di Telegram pada hari Senin, di mana ia mengungkapkan bahwa ia telah dipecat dari pekerjaannya.
Put Domoy sebelumnya sudah sangat berhati-hati untuk tidak mengecam serangan militer Rusia ke Ukraina, yang merupakan tindakan ilegal di bawah undang-undang sensor yang ketat.
Sebaliknya, mereka telah melobi Putin secara langsung untuk mengizinkan orang-orang yang direkrut sebagai bagian dari upaya mobilisasi paksa pada musim gugur 2022 agar dibatalkan perekrutannya dan dipulangkan dari garis depan.
Rusia merekrut lebih dari 300 ribu orang pada musim gugur 2022 untuk mengisi kembali barisan angkatan bersenjatanya, setelah mengalami kehilangan besar dalam tujuh bulan pertama kampanye yang diharapkan akan selesai dalam hitungan minggu. [my/uh]