Pada Selasa (21/1), lebih dari 1.100 orang telah menandatangani petisi pembebasan Ilham Tohti, jumlah yang termasuk banyak di China.
Para aktivis China telah memulai petisi yang menyerukan pembebasan segera cendekiawan Ilham Tohti, seorang pengeritik yang vokal atas perlakuan keras Beijing terhadap kaum Uighur di bagian barat China.
Tohti, yang juga orang Uighur, dibawa polisi dalam penggerebekan rumahnya pekan lalu. Pihak berwenang belum mengumumkan tuduhan terhadapnya, walaupun kementerian luar negeri China mengatakan ia dicurigai melakukan kejahatan.
Petisi yang dimuat dalam situs Woeser, seorang aktivis Tibet, menyerukan kepada China agar membebaskan Tohti, jika tidak memberi bukti pelanggaran. Pada Selasa (21/1), lebih dari 1.100 orang telah menandatangani petisi itu, jumlah yang termasuk banyak di China.
Sementara itu, media pemerintah China telah memuat beberapa tajuk yang mengecam Tohti. Harian Partai Komunis, Global Times, pada Sabtu menuduhnya menganjurkan pemisahan provinsi Xinjiang, China barat, dan berusaha mencari alasan moral bagi teroris.
Tohti yang berusia 45 tahun itu, seorang dosen ilmu ekonomi di Central University for Nationalities di Beijing, telah ditahan dan sebelumnya diintimidasi beberapa kali karena pandangannya.
Tohti mengatakan kepada VOA November lalu bahwa polisi berpakaian preman pernah menabrakkan mobilnya, mengambil teleponnya, dan mengancam akan membunuhnya karena komentarnya di media.
Tohti, yang juga orang Uighur, dibawa polisi dalam penggerebekan rumahnya pekan lalu. Pihak berwenang belum mengumumkan tuduhan terhadapnya, walaupun kementerian luar negeri China mengatakan ia dicurigai melakukan kejahatan.
Petisi yang dimuat dalam situs Woeser, seorang aktivis Tibet, menyerukan kepada China agar membebaskan Tohti, jika tidak memberi bukti pelanggaran. Pada Selasa (21/1), lebih dari 1.100 orang telah menandatangani petisi itu, jumlah yang termasuk banyak di China.
Sementara itu, media pemerintah China telah memuat beberapa tajuk yang mengecam Tohti. Harian Partai Komunis, Global Times, pada Sabtu menuduhnya menganjurkan pemisahan provinsi Xinjiang, China barat, dan berusaha mencari alasan moral bagi teroris.
Tohti yang berusia 45 tahun itu, seorang dosen ilmu ekonomi di Central University for Nationalities di Beijing, telah ditahan dan sebelumnya diintimidasi beberapa kali karena pandangannya.
Tohti mengatakan kepada VOA November lalu bahwa polisi berpakaian preman pernah menabrakkan mobilnya, mengambil teleponnya, dan mengancam akan membunuhnya karena komentarnya di media.