Pendukung demokrasi Hong Kong marah setelah pemerintah memblokir pendiri partai politik yang berusia 21 tahun untuk maju dalam pemilihan mendatang. Para aktivis menilai langkah ini adalah upaya terbaru untuk membungkam oposisi di wilayah China itu.
Dalam sebuah surat kepada Agnes Chow, seorang tokoh terkemuka dalam perjuangan politik, seorang pejabat pemilihan kota Hong Kong mempertanyakan platform partai yang diwakilinya, Partai Demosisto, yang berisi kata-kata “menggalakkan penentuan nasib sendiri dan demokrasi.” Sebagai anggota partai, kata surat itu, dia jelas tidak bermaksud menghormati konstitusi Hong Kong
Anggota parlemen pro-demokrasi dan ahli-ahli hukum mengatakan, diskualifikasi Agnes Chow diwarnai oleh penyaringan politik, dan bukan sebuah keputusan adil, berdasarkan hukum, dan tidak berprasangka.
Sekitar 2.000 orang berkumpul pada Minggu (28/1) siang yang mendung, di pusat pemerintahan Hong Kong untuk mengecam keputusan tersebut.
“Kalau kita tidak berjuang untuk hak-hak kita, mereka akan merebut setiap hak kita, sampai kita tidak punya hak apa-apa,” kata mantan anggota parlemen dan seorang pengacara, Margaret Ng, kepada peserta unjuk rasa, yang meneriakkan, “Kami akan berjuang di pengadilan, kami akan berjuang di Hong Kong, kami akan berjuang di seluruh dunia!”
Selama unjuk rasa itu berlangsung, Agnes Chow mengingatkan bahwa anggota-anggota partainya telah dipukul secara fisik, dipecat dari jabatan mereka, dan dipenjarakan. “Kalau rezim yang berkuasa melakukan ini, sasarannya bukan saja saya, atau para demokrat, tetapi semua penduduk Hongkong. “Keputusan diskualifikasi ini mengatakan kepada semua warga Hong Kong, kita hanya boleh memilih orang yang diterima oleh rezim.” [ps/jm]