Aktivis: Gadis Iran Kritis Setelah Diduga Bertikai Masalah Jilbab

Sejumlah perempuan mengenakan hijab saat berjalan di alun-alun Vanak, Teheran, Iran, pada 4 September 2023. (Foto: AFP/Atta Kenare)

Seorang gadis berusia 16 tahun berada dalam kondisi kritis di Teheran setelah mengalami koma pada Minggu (1/10), menyusul pertikaiannya dengan sejumlah agen di kereta bawah tanah karena melanggar peraturan berjilbab.

Informasi tersebut diungkapkan oleh dua aktivis HAM terkemuka dalam sebuah pernyataan. Mereka berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim karena sensitifnya masalah tersebut.

Rekaman CCTV yang dibagikan kantor berita pemerintah IRNA menunjukkan Armita Geravand tidak mengenakan jilbab, yang merupakan kewajiban di negara itu.

Ia bersama dua teman perempuannya berjalan mendekati kereta.

BACA JUGA: Parlemen Iran Putuskan Perberat Hukuman bagi Perempuan Pelanggar Aturan Berpakaian

Sesaat setelah memasuki gerbong, salah satu di antara mereka mundur dan tampak meraih sesuatu di lantai.

Sementara gadis yang lain kemudian diangkat oleh beberapa penumpang keluar dari gerbong dalam kondisi tak sadarkan diri.

Reuters tidak dapat segera memverifikasi keaslian rekaman tersebut.

Kasus Geravand meningkatkan kekhawatiran bahwa ia mungkin mengalami nasib serupa seperti Mahsa Amini.

Amini adalah perempuan berusia 22 tahun yang kematiannya saat berada dalam tahanan polisi moral Iran memicu gelombang unjuk rasa nasional.

Pihak berwenang membantah klaim kelompok HAM tersebut.

Dalam sebuah wawancara televisi, orang tua Geravand mengatakan bahwa putri mereka mengalami penurunan tekanan darah sehingga ia kehilangan keseimbangan dan kepalanya terbentur saat berada di dalam gerbong kereta bawah tanah.

BACA JUGA: Iran Cegah Keluarga Mahsa Amini agar Tidak Gelar Acara Peringatan Kematian  

“Saya sudah melihat gambar kereta bawah tanah, jadi menurut saya apa yang dikatakan orang tidak benar. Saya sudah melihat rekaman CCTV kereta bawah tanah selengkapnya. Saya melihat bagaimana ia jatuh dan bagaimana teman-temannya mengangkatnya keluar. Tidak ada yang istimewa, yang ingin mereka permasalahkan. Tapi saya menghargai doa mereka untuk kesehatan anak saya.”

Kelompok-kelompok HAM di media sosial meminta pihak berwenang merilis rekaman dari dalam gerbong.

Mereka menduga pernyataan orang tuanya diberikan di bawah tekanan. [rd/rs]