Aktivis Mesir Siapkan Demo Besar-Besaran Usai Shalat Jumat

Para demonstran anti-pemerintah di Kairo mengangkat sepatu guna mencemooh keputusan Mubarak untuk terus bertahan hingga akhir masa jabatannya, Kamis (10/2).

Demo terbesar akan dilakukan sehari setelah Presiden Hosni Mubarak menolak tuntutan akan peletakan jabatannya segera.

Para aktivis demo di Mesir memperkirakan demonstrasi yang paling besar hari Jumat, sehari setelah Presiden Mesir Hosni Mubarak menolak tuntutan akan peletakan jabatannya segera. Demo-protes itu, yang mulai bulan lalu, diperkirakan akan meningkat setelah shalat Jumat hari ini di Kairo, ibukota Mesir.

Kantor berita pemerintah Mesir mengatakan hari Jumat bahwa para pemimpin militer telah mengadakan pertemuan dan berencana akan mengeluarkan pernyataan hari ini.

Sebelumnya, hari Kamis malam Mubarak mengatakan dalam pidato televisi bahwa ia akan menyerahkan wewenang tugas sehari-hari kepada Wakil Presiden Omar Suleiman. Para pejabat Mesir mengatakan Mubarak tetap memegang wewenang untuk membubarkan parlemen, memberhentikan pemerintah dan mengamandemen undang-undang dasar.

Suasana di lapangan Tahrir – dimana demonstran tadinya mengira presiden akan mengumumkan peletakan jabatannya – dengan cepat berubah dari kegembiraan menjadi kecemasan, lalu kemarahan. Demonstran mengejek dan berteriak “ia harus angkat kaki.” Mereka melambaikan sepatu mereka di udara, lambang penghinaan di dunia Arab.

Kira-kira 2.000 demonstran berpawai ke Gedung Radio dan Televisi negara, beberapa blok jauhnya. Ratusan lagi berkumpul di luar istana presiden di Hellopolis, satu daerah Kairo yang jaraknya kira-kira 8 kilometer dari tengah kota itu.

Mubarak juga menyatakan bahwa ia akan mengundurkan diri ketika presiden baru terpilih dalam pemilu yang dijawalkan bulan September. Mubarak menggambarkan dirinya sebagai ayah yang berbicara kepada putra dan putrinya. Ia menuduh pihak asing berusaha mencampuri masalah Mesir.

Wakil Presiden, yang berbicara beberapa menit setelah Mubarak, mendesak apa yang disebutnya “para pahlawan” di Lapangan Tahrir Kairo untuk pulang dan kembali bekerja.

Salah seorang tokoh oposisi terkemuka Mesir, pemenang hadiah Nobel Mohamed ElBaradei, memperingatkan setelah pidato itu negara akan meledak dan perlu diselamatkan oleh militer.