Seperti banyak anak muda Rusia lainnya, minat politik Anastasia Panchenko muncul berkat Alexey Navalny. Ia sungguh terguncang dengan kematian musuh bebuyutan Presiden Vladimir Putin itu. Dan kini ia menaruh harap kepada istri Navalny, Yulia, untuk mengambil alih posisi sebagai pemimpin oposisi Rusia.
Sejak Navalny meninggal di koloni hukuman Arktik pada Jumat (16/2) lalu, Panchenko datang hampir setiap hari untuk meletakkan bunga pada monumen peringatan Navalny Tbilisi, ibu kota Georgia yang ia sebut sebagai rumahnya sejak melarikan diri dari Rusia pada 2021.
Panchenko pernah menjadi jurnalis di outlet berita pro-Kremlin di Krasnodar, Rusia selatan. Namun ia memilih berhenti dan bekerja di kantor kampanye Navalny setelah polisi membubarkan protes dengan kekerasan pada 2017 yang dipicu oleh salah satu investigasi antikorupsinya.
"Dia mengubah hidup saya," katanya dalam sebuah wawancara.
Dengan kepergian Navalny, dia menaruh harapannya kepada Yulia Navalnaya, yang bertekad melanjutkan pekerjaan suaminya dan mendesak masyarakat Rusia untuk turut merasakan “kemarahannya” terhadap Presiden Vladimir Putin. Kremlin membantah terlibat dalam kematian Navalny, dan kini masih dalam penyelidikan.
“Yulia Navalnaya adalah harapan baru kami,” kata Panchenko. “Dia telah mengambil alih seluruh modal politik Alexey Navalny. Saya pikir dia adalah pemimpin oposisi yang sah.”
Navalnaya, 47, belum memiliki kesempatan untuk menjabarkan visinya sebagai oposisi Rusia, yang anggota utamanya berada di penjara atau di luar negeri.
Navalnaya yang sedang berada di luar Rusia, berisiko ditangkap jika kembali ke negara tersebut, seperti suaminya. Alexey Navalny merasakan hari terakhir kebebasannya saat kembali ke Rusia pada Januari 2021 setelah menjalani pemulihan di sebuah rumah sakit di Jerman akibat upaya pembunuhan dengan menggunakan racun.
Semyon Kochkin, mantan manajer kampanye Navalny yang sekarang juga tinggal di Tbilisi, mengatakan tugas yang harus dihadapi Yulia sangat berat, terutama saat berada dalam pengasingan.
BACA JUGA: Kematian Navalny, Lonceng Kematian Demokrasi di Rusia"Yulia selalu secara demonstratif mengatakan dia tidak ingin terlibat dalam politik. Saya tidak menyangka dia akan ikut dalam pertarungan ini," ujarnya.
“Saya sangat mengkhawatirkannya karena dia dalam bahaya. Mereka bisa melakukan apa saja (terhadapnya). Tentu saja dia tidak berada di Rusia, tapi bisa saja. Dia tidak pernah menjadi figur publik. Dia akan mendapat ujian berat. Kami akan mendukung dia."
Bagaimana Sekarang?
Panchenko dan Kochkin keduanya merupakan bagian dari jaringan kantor kampanye nasional yang didirikan oleh Navalny ketika dia mencoba mencalonkan diri sebagai presiden pada 2018, tetapi dilarang mencalonkan diri.
Setelah dia dipenjara pada 2021, jaringannya disebut sebagai "ekstremis." Sebagian besar stafnya melarikan diri dari Rusia karena ancaman hukuman penjara yang panjang. Banyak dari mereka pindah ke Georgia, yang memungkinkan warga Rusia tinggal tanpa batas waktu, tanpa visa.
Dengan meninggalnya Navalny, komunitas eksil politik di Tbilisi sedang bergulat menghadapi kehilangan seseorang yang diharapkan akan mengikuti jejak Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Mereka berharap Navalny suatu hari akan bebas dari penjara untuk menjadi presiden negara tersebut.
Dmitry Tsibiryov, mantan kepala markas besar Navalny di Kota Saratov di Sungai Volga, adalah aktivis lain yang berbasis di Georgia yang mengatakan dia akan tetap terlibat secara politik.
Sebagai bagian dari proyek Yayasan Anti-Korupsi (FBK) yang dipimpin Navalny, Tsibiryov tmenelpon pemilih Rusia selama berminggu-minggu, mencoba membujuk mereka untuk memilih menentang Putin atau merusak surat suara mereka dalam pemilihan presiden pada 15-17 Maret. Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah berbicara dengan sekitar 70 orang pada pertengahan Februari.
“Sekarang, tidak ada kemungkinan untuk berbicara langsung dengan penduduk Rusia, tapi saya bisa melakukannya melalui telepon,” kata Tsibiryov, 38 tahun.
BACA JUGA: Istri Alexey Navalny Lanjutkan Perjuangan Oposisi Rusia“Saya percaya pada masa depan Rusia yang indah,” katanya, meminjam slogan dari Navalny. “Apa itu lautan, kalau bukan terdiri dari banyak tetesan kecil? Kami menyumbangkan tetesan tersebut dalam proyek ini, satu, dua orang sekaligus.”
Panchenko mengatakan dia fokus pada penggalangan dana dan mengatur dukungan hukum bagi mereka yang ditahan karena memperingati kematian Navalny di wilayah asalnya, Krasnodar.
Namun, meskipun dia sekarang menaruh harapan pada Yulia Navalnaya, dia tetap merasa kehilangan atas kematian tokoh idolanya.
“Saya pikir ini adalah kerugian yang tidak bisa digantikan. Nama Alexey Navalny akan menjadi perbincangan masyarakat dalam waktu lama karena tidak mungkin menggantikannya,” ujarnya. [ah/ft]