Untuk hari Minggu kedua, Paus Fransiskus yang sedang sakit melewatkan penampilan regulernya di hadapan publik di Lapangan Santo Petrus.
Namun, dalam sambutannya di televisi dia mengatakan bahwa meskipun suaranya tidak memungkinkan dia membaca semua sambutannya dengan cukup keras, dia sudah merasa lebih baik.
Seperti yang dia lakukan seminggu sebelumnya, Paus Fransiskus menyampaikan pidato singkat dari kapel hotel Vatikan, tempat dia tinggal dan sedang memulihkan diri dari apa yang dia sebut sebagai penyakit bronkitis menular.
Ribuan orang di alun-alun menyimak khotbah Paus yang dibacakan Monsinyur Paolo Braida dari layar raksasa yang dipasang di luar ruangan.
Paus Fransiskus, yang berulang tahun ke-87 pada akhir bulan ini, mengatakan berakhirnya gencatan senjata di Gaza “berarti kematian, kehancuran dan kesengsaraan.”
“Saya berharap semua pihak yang terlibat dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata baru sesegera mungkin dan menemukan solusi selain senjata, serta mencoba berani mengambil jalan perdamaian,” katanya.
Di kesempatan yang sama, Paus juga memanjatkan doa bagi para korban ledakan bom yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan umat Katolik lainnya di Filipina selatan pada hari Minggu.
“Saya ingin mendoakan para korban serangan yang terjadi pagi ini di Filipina, di mana sebuah bom meledak saat Misa. Saya begitu dekat dengan keluarga, dengan masyarakat Mindanao yang sudah sangat menderita,” tambah Monsinyur Braida.
Sebelumnya Vatikan menyebut Paus Fransiskus menderita radang paru-paru dan flu.
Paus sebelumnya pernah menderita bronkitis akut pada musim semi, di mana ketika itu dia dirawat di rumah sakit selama tiga hari agar dia dapat menerima pengobatan antibiotik intravena. [ns/rs]