Angkatan Laut Amerika, Selasa (15/11) mengatakan bahwa pihaknya menemukan 70 ton komponen bahan bakar rudal yang disembunyikan di antara kantong pupuk dalam kapal yang menuju Yaman dari Iran. Itu penyitaan pertama dalam perang selama bertahun-tahun negara itu sementara gencatan senjata di sana telah gagal.
Angkatan Laut mengatakan jumlah amonium perklorat yang ditemukan bisa digunakan sebagai bahan bakar peluncuran lebih dari selusin rudal balistik jarak menengah, senjata yang sama yang digunakan pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran untuk menarget pasukan yang bersekutu dengan pemerintah negara itu yang diakui secara internasional dan pasukan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung mereka.
Upaya mempersenjatai kembali tampaknya dilakukan sementara Iran mengancam Arab Saudi, Amerika dan negara-negara lain dalam protes berbulan-bulan yang menuntut digulingkannya teokrasi Republik Islam itu. Iran menyalahkan kekuatan asing bukan populasinya sendiri yang frustasi, karena mengobarkan protes, yang telah menewaskan sedikitnya 344 orang dan 15.820 orang ditangkap di tengah tindakan keras yang meluas terhadap pembangkangan di sana.
Houthi belum bisa dihubungi untuk memberi komentar. Misi Iran untuk PBB belum menanggapi permintaan komentar. “Pengiriman jenis dan volume bahan peledak yang sangat besar ini sangat memprihatinkan karena membuat tidak stabil,” ujar Laksamana Timothy Hawkins, juru bicara Armada ke-5 Angkatan Laut yang berbasis di Timur Tengah kepada kantor berita Associated Press. “Pengangkutan senjata yang melanggar hukum dari Iran ke Yaman menyebabkan ketidakstabilan dan kekerasan.”
Kapal Penjaga Pantai Amerika USCGC John Scheuerman dan kapal perusak peluru kendali USS The Sullivan mencegat kapal layar kayu tradisional yang dikenal sebagai dhow di Teluk Oman pada 8 November, kata Angkatan Laut. Setelah penggeledahan selama seminggu, para pelaut menemukan berkantong-kantong amonium perklorat yang tersembunyi di dalam apa yang awalnya tampak seperti pengiriman 100 ton urea.
Pupuk Urea juga bisa digunakan untuk membuat bahan peledak. Dhow itu tampak begitu terbebani oleh muatan sehingga membahayakan pengiriman terdekat di Teluk Oman, rute dari Selat Hormuz, muara sempit di Teluk Persia, ke Samudera Hindia. Angkatan Laut akhirnya menenggelamkan kapal itu bersama sebagian besar material yang masih ada dalam kapal karena bahaya, kata Hawkins.
Kapal USS Sullivan, Selasa (15/11), menyerahkan empat awak Yaman kepada pemerintah negara itu yang diakui secara internasional. [ka/ab]