Komentar di televisi yang dikemukakan oleh seorang presenter yang berganti profesi menjadi menteri di kabinet pemerintahan Lebanon tentang perang di Yaman telah menyebabkan krisis Lebanon dengan Arab Saudi memasuki babak baru.
Pertikaian seputar komentar menteri itu telah memicu negara-negara Teluk mengambil langkah untuk mengisolasi Lebanon dan mengancam akan memecah koalisi baru pemerintahan di negara tersebut yang saat ini tengah berjibaku untuk menyelamatkan Lebanon dari krisis ekonomi.
Kemarahan terkait komentar sang menteri George Kordahi membuat Arab Saudi mengambil langkah memberikan penalti pada Lebanon, yang sebelumnya pernah menjadi sekutu penting bagi Arab Saudi. Kerajaan Saudi juga telah mengucurkan bantuan senilai jutaan dolar ke Lebanon.
BACA JUGA: Menteri Luar Negeri Arab Saudi Kritik Dominasi Hezbollah di LebanonPemberian penalti itu dinilai dapat memperparah krisis ekonomi dan mengancam perpecahan dalam pemerintahan di Lebanon.
Arab Saudi kini telah melarang semua pasokan impor dari Lebanon, sebuah langkah yang merupakan pukulan keras terhadap negara yang mitra dagang utamanya berada di kawasan Teluk Persia.
Sosok George Kordahi
Nama Kordahi sebelumnya cukup terkenal di Arab Saudi setelah ia menjadi pembawa acara dari kuis “Who Wants To Be A Millionaire” yang ditayangkan di sebuah jaringan televisi milik Saudi.
Dalam acara tanya jawab yang ditayangkan secara daring pada minggu lalu, Kordahi menjawab pertanyaan dari sekelompok anak muda. Dalam salah satu tanya jawab ia menyebut perang di Yaman merupakan hal yang "konyol" dan mengatakan pemberontak Houthi di Yaman yang medapat dukungan dari Iran tidak pernah menyerang siapapun dan berhak membela diri.
Program daring itu direkam satu bulan sebelum Kordahi diangkat menjadi Menteri Bidang Informasi dalam pemerintahan Najib Mikati, yang dibentuk pada September lalu. Kordahi ditunjuk oleh sebuah partai Kristen yang bersekutu dengan Hezbollah.
Perselihan ini merupakan eskalasi terbaru terkait persaingan antara Arab Saudi dan Iran yang melibatkan Lebanon. Ketegangan tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun sehubungan dengan peran dominan kelompok Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon.
Kini pejabat Saudi merasa tidak ada gunanya berhubungan dengan pemerintah di Beirut karena dinilai terlalu berpihak pada Iran. [jm/my/rs]