Aliansi faksi-faksi pro-Iran yang kuat di Irak, pada Minggu (9/7), menyerukan negara itu untuk menekan Amerika Serikat agar membuka pembayaran impor gas penting yang tertunda ke Iran.
Irak, yang selama puluhan tahun telah dilanda konflik dan dikenai sanksi-sanksi internasional, bergantung pada gas yang diimpor dari Iran – negara tetangganya di bagian timur – untuk memenuhi sepertiga kebutuhan energinya.
Tetapi sanksi-sanksi yang dikenakan AS terhadap minyak dan gas Iran membatasi cara Irak membayar impor gas itu.
BACA JUGA: Iran Sita Tanker Komersial di Teluk PersiaIrak tidak dapat menyerahkan uang tunai secara langsung kepada Iran, tetapi harus melalui rekening bank dan digunakan Iran untuk membayar impor pangan dan obat-obatan.
Sistem pembayaran tersebut telah membuat Irak menunda banyak kewajiban utangnya, dan mendorong Iran menanggapi hal itu dengan mematikan keran ekspornya secara berkala.
Kerangka Kerja Koordinasi, The Coordination Framework, suatu koalisi partai-partai Syiah yang terkait dengan Iran dan mendominasi parlemen Irak, telah meminta pemerintah negaranya “untuk menghubungi pihak Amerika Serikat dan mendesak pembayaran tagihan impor gas Iran yang masih tertunda itu segera.”
Koalisi pro-Iran mengecam pemadaman listrik yang kerap terjadi di sebagian besar negara itu saat musim panas, ketika suhu mencapai 50 derajat Celsius.
Juru bicara Kementerian Ketenagalistrikan Irak, Ahmed Moussa, mengatakan kepada kantor berita AFP bulan lalu bahwa Irak telah mendepositkan semua pembayaran untuk impor energi Iran di sebuah rekening Trade Bank of Iraq. Jumlah deposit tersbeut mencapai US$11 miliar.
Namun semua pembayaran kepada Iran harus terlebih dahulu disetujui oleh Amerika Serikat.
Amerika Serikat pada bulan Juni lalu mengonfirmasi telah mengesahkan pembayaran tanpa merinci jumlahnya.
“Kami menyetujui transaksi tersebut – yang konsisten dengan transaksi sebelumnya yang telah disetujui – untuk memungkinkan Iran mengakses dana yang disimpan di rekening di Irak itu, demi tujuan kemanusiaan dan transaksi non-sanksi lainnya,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam konferensi pers.
Untuk mengurangi ketergantungan Irak pada gas Iran, Irak telah menjajaki beberapa kemungkinan, termasuk mengimpor dari negara-negara Teluk – seperti Qatar – serta memulihkan flared gas atau gas yang diperoleh dari hasil ekstraksi ladang-ladang minyaknya. [em/rs]