Amerika pada hari Senin (16/12) menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara dan Rusia, yang menurut Departemen Keuangan menyasar kegiatan finansial Pyongyang dan dukungan militernya kepada Moskow.
Sanksi-sanksi terhadap beberapa bank Korea Utara, para jenderal dan pejabat-pejabat lainnya, serta perusahaan-perusahaan pengapalan minyak Rusia, merupakan langkah terbaru AS yang bertujuan untuk mengganggu dukungan Korea Utara terhadap perang Rusia di Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Keuangan AS mengatakan bank-bank Korea Utara yang menjadi target adalah Golden Triangle Bank dan Korea Mandal Credit Bank.
Korea Utara dan Rusia telah meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, yang mencapai puncaknya pada kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara pada Juni lalu. Ketika itu Kim Jong Un dan Putin menyepakati sebuah pakta pertahanan bersama.
Kerja sama militer antara kedua negara telah mendapat sorotan dunia internasional. Amerika, Ukraina dan Korea Selatan mengutuk Korea Utara yang mengirimkan peralatan militer dan lebih dari 10.000 tentaranya ke Rusia untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai negara beruang merah itu sejak 24 Februari 2022.
Depkeu AS: Tindakan Korea Utara dan Rusia Rusak Stabilitas di Kawasan
Pelaksana Tugas Menteri Keuangan Untuk Urusan Terorisme dan Intelijen Keuangan AS Bradley Smith mengatakan tindakan Korea Utara, termasuk uji coba rudal balistik jarak jauh terbaru dan dukungan militer yang semakin kuat kepada Rusia, merusak stabilitas kawasan dan menopang perang Putin di Ukraina.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk mengganggu jaringan pengadaan dan fasilitasi ilegal yang memungkinkan aktivitas-aktivitas destabilisasi ini,” ujarnya.
Sebagian pejabat yang dijatuhi sanksi itu adalah jendral-jenderal Korea Utara, yang menurut Departemen Pertahanan AS telah ikut mengerahkan ribuan tentaranya ke Rusia untuk membantu upaya perang di Ukraina.
BACA JUGA: Keterlibatan Korut di Ukraina Tandai ‘Ekspansi Berbahaya’ KonflikUkraina pekan lalu mengatakan Rusia – untuk pertama kalinya – telah mulai menggunakan pasukan Korea Utara dalam jumlah yang signifikan guna melakukan serangan terhadap pasukan Ukraina yang berjuang mempertahankan daerah kantong di wilayah Kursk, Rusia.
Kyiv memperkirakan secara keseluruhan ada 11.000 tentara Korea Utara, yang menambah kekuatan puluhan ribu tentara Rusia.
Rusia tidak mengkonfirmasi atau menyangkal keberadaan tentara Korea Utara yang berperang di pihaknya.
Pembekuan Aset
Sanksi ini membekukan aset entitas yang bersangkutan di AS, melarang perdagangan mereka dengan orang Amerika, dan memblokir mereka dari transaksi dengan sistem keuangan AS.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan perdagangan luar negeri yang berbasis di Rusia, yang katanya mengirimkan minyak dan gas ke Korea Utara. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk Vostok Trading, DV Ink, dan Novosibirskoblgaz.
Departemen Keuangan AS mengatakan mereka mulai mengirimkan “ribuan ton minyak dan gas” ke Korea Utara mulai tahun 2022, dan terus berlanjut hingga setidaknya April 2024.
BACA JUGA: Amerika Pertimbangkan Sanksi untuk Bank China, Batasi 'Armada Gelap' Tanker MinyakMenurut analisis citra satelit yang diterbitkan pada bulan November oleh Open Source Centre yang berbasis di Inggris dan BBC, Korea Utara kemungkinan telah menerima lebih dari satu juta barel minyak dari Rusia selama periode delapan bulan tahun ini yang jelas melanggar sanksi PBB. Open Source Centre juga melaporkan bahwa sejak bulan Maret lalu, kapal-kapal tanker minyak Korea Utara telah melakukan lebih dari 40 kunjungan ke pelabuhan Vostochny di Timur Jauh Rusia.
Sanksi-sanksi itu juga menarget Sibregiongaz, AO, perusahaan induk yang berbasis di Rusia dan pemilik 100% Novosibirskoblgaz. Sanksi-sanksi ini juga diberlakukan terhadap Okryu Trading Company, atau Okryu, sebuah perusahaan perdagangan luar negeri yang berbasis di Korea Utara yang menurut Departemen Keuangan telah menerima ribuan ton pengiriman minyak dari Rusia. [em/jm]