Amnesty Kecam Penembakan Massa di Myanmar, 7 Tewas

Warga negara bagian Rakhine di Sittwe, Myanmar, berunjuk rasa menentang kerusuhan yang menyebabkan tewasnya tujuh orang dan beberapa orang lainnya terluka, menyusul perayaan tahunan di Mrauk U, January 17, 2018.

Tujuh orang tewas ditembak polisi di negara bagian Rakhine yang rusuh di Myanmar.

Para pejabat mengatakan sedikitnya 4.000 orang mengelilingi sebuah gedung pemerintah Selasa malam (16/1) di kota Mrauk U, tidak lama setelah upacara tahunan memperingati berakhirnya kerajaan Arakan lebih dari dua abad yang lalu.

Tin Maung Swe, gubernur daerah tersebut, mengatakan polisi berusaha membubarkan massa dengan melepaskan tembakan peringatan yang menggunakan peluru karet. Ketika massa tidak memperdulikannya, massa mulai menyerang tentara dan pasukan keamanan melepaskan tembakan lagi dengan menggunakan peluru tajam.

Di samping tujuh orang yang tewas, 13 lainnya cedera dalam penembakan tersebut. Korban penembakan dilaporkan adalah kaum Buddhis, bukan Rohingya.

Organisasi hak asasi Amnesty International menyerukan penyelidikan independen mengenai penggunaan senjata mematikan itu.

“Pembunuhan yang mengejutkan ini adalah satu contoh lagi ketidak perdulian pasukan keamanan Myanmar terhadap nyawa manusia. Biarpun pemrotes melemparkan batu dan bata, tidak ada yang dapat membenarkan perbuatan polisi yang tampaknya menembaki massa ribuan orang. Ini adalah kasus yang jelas penggunaan kekuatan yang berlebihan dan melanggar hak untuk hidup,” kata James Gomez, direktur Amnesty untuk Asia Tenggara dan Pasifik, dalam pernyataan.

Ia mengatakan polisi Myanmar harus dilatih lebih baik dan dilengkapi dengan teknik tanpa kekerasan untuk mengendalikan massa. [gp]