Anak-Anak Perempuan Afghanistan Menderita 3 Tahun Setelah Penarikan Pasukan AS

FILE - Anak-anak sekolah Afghanistan memasuki ruang kelas mereka pada hari pertama tahun ajaran baru, di Kabul, Sabtu, 25 Maret 2023. (Ebrahim Noroozi/AP)

Tiga tahun kekuasaan Taliban di Afghanistan telah membawa kesengsaraan bagi anak-anak perempuan dan perempuan di negara itu, kata para kritikus rezim garis keras tersebut. Baik Presiden Joe Biden maupun Wakil Presiden Kamala Harris minggu ini memperingati ulang tahun ketiga penarikan pasukan Amerika Serikat, tetapi para pendukung ingin melihat Washington bertindak lebih keras terhadap situasi hak asasi manusia yang mengerikan di sana.

Setelah Taliban berkuasa selama tiga tahun di Afghanistan, pemandangan nyata dan lazim dijumpai adalah penderitaan anak-anak perempuan dan kaum perempuan secara umum.

Misalnya, Parwana Malik dijual untuk dinikahkan tidak lama setelah pasukan Amerika mundur, tiga tahun lalu. Ketika itu dia berusia sembilan tahun.

Dia tidak sendirian. Media lokal telah melaporkan tentang gadis-gadis berusia tujuh atau delapan tahun yang dinikahkan dengan pejabat Taliban. Parwana difoto untuk organisasi nirlaba "Too Young to Wed" yang secara harfiah berarti “terlalu muda untuk menikah.” Stephanie Sinclair adalah pendiri organisasi itu.

“Apa yang dilakukan Taliban terhadap perempuan dan anak perempuan benar-benar merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Anak-anak perempuan dan perempuan Afghanistan di dalam negeri benar-benar menderita,” ujar Sinclair.

Presiden Joe Biden mengeluarkan pernyataan pada peringatan tersebut untuk menghormati para anggota angkatan bersenjata Amerika Serikat yang tewas selama penarikan pasukan dan membela keputusan untuk penarikan pasukan Amerika Serikat.

Wakil Presiden Kamala Harris mengeluarkan pernyataan serupa. Seperti Biden, dia tidak menyebutkan anak perempuan dan perempuan – meskipun sebagai pengacara yang ingin menduduki jabatan tertinggi di AS, dia adalah penentang terhadap perintah Taliban bahwa anak perempuan tidak boleh bersekolah lebih dari kelas enam.

Penantang presiden dari Partai Republik Donald Trump juga berfokus pada kematian 13 anggota angkatan bersenjata Amerika dalam mengkritik penarikan pasukan oleh pemerintahan Biden.

“Disebabkan oleh Kamala Harris, Joe Biden, penghinaan di Afghanistan memicu runtuhnya kredibilitas dan rasa hormat terhadap Amerika di seluruh dunia,” kata Trump.

Sebelumnya pada bulan ini, pada acara peringatan tersebut, pejabat Taliban menyampaikan pidato yang menantang dan mengkritik campur tangan asing. Perempuan, termasuk jurnalis, dilarang menghadiri acara tersebut.

Rezim tersebut baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang membatasi gerakan perempuan dan mengharuskan mereka menutupi seluruh tubuh dan membungkam suara mereka di depan umum.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut undang-undang tersebut sangat buruk dan menuntut pencabutannya.

Pemimpin gerakan perlawanan utama Afghanistan di pengasingan berpendapat bahwa menginjak-injak hak asasi manusia dari setengah populasi adalah kebijakan dan politik yang buruk.

Ahmad Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan, menyatakan: “Mereka tidak mewakili keinginan penduduk. Kaum muda Afghanistan, terutama gadis-gadis muda, memiliki mimpi dan aspirasi yang tidak berbeda dengan teman sebaya mereka di seluruh dunia.”

Your browser doesn’t support HTML5

Anak-anak Perempuan Afghanistan Menderita Tiga Tahun pasca Penarikan Pasukan AS


Kini, pada peringatan tiga tahun kekuasaan Taliban, Stephanie Sinclair mendesak para pemimpin Amerika untuk tidak berfokus pada para pria yang berkuasa, tetapi pada suara-suara yang telah mereka bungkam – dan memberikan konsekuensi yang lebih keras untuk tindakan demikian.

Dan sekarang, organisasi bernama Too Young to Wed (“Terlalu Muda untuk Menikah”) membujuk suami Parwana yang sudah tua untuk mengembalikannya kepada keluarganya.

Kini, Parwana telah kembali ke tempat yang seharusnya, yakni sekolah, kata Sinclair.

“Dia adalah karakter yang cukup unik. Dia memiliki banyak pendapat yang besar, dan dia ingin menjadi guru atau dokter, dan dia ingin melakukan sesuatu, dan dia memiliki kekuatan untuk melakukannya. Masalahnya adalah, dia tidak hidup dalam masyarakat yang mengizinkannya,” pungkas Sinclair.

Namun ketika dia mendekati kelas enam, dia memikul beban: mengetahui bahwa kecuali ada yang berubah, kesempatan bersekolah akan segera berakhir. [lt/ab]