Di sebuah desa di bagian selatan Idlib, murid-murid belajar dalam ruang kelas tanpa jendela, di sekolah yang sebagian hancur karena perang.
Untuk mencapai sekolah, anak-anak Suriah yang tinggal di desa Idlib bagian selatan, harus berjalan melewati bangunan-bangunan yang hancur. Bangunan sekolah mereka juga mengalami kerusakan yang parah akibat konflik yang masih berlangsung di Suriah.
Para guru sekolah tersebut merasa khawatir tentang kondisi yang dihadapi murid-muridnya. Kepala sekolah Iyad Zariq merasa cemas tentang hal terburuk yang akan mereka hadapi.
"Kami berupaya untuk membangun kembali beberapa ruang kelas. Namun kami akan memasuki musim dingin dan sebagian besar ruang kelas memerlukan jendela," jelasnya.
Tahun ajaran sekolah dimulai lebih lambat daripada yang diperkirakan karena meningkatnya kasus virus corona di Suriah dalam beberapa bulan belakangan.
Kenaikan kasus virus corona terjadi di tengah peningkatan serius kekerasan di Idlib, 18 bulan setelah gencatan senjata antara Turki dan Rusia, yang mendukung pihak-pihak yang berlawanan dalam konflik Suriah, membawa ketenangan.
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan udara dan tembakan artileri oleh pasukan pemerintah telah menyebabkan puluhan orang tewas atau terluka.
Suriah telah terlibat dalam perang saudara selama 10 tahun yang mengakibatkan ratusan ribu orang tewas dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, termasuk lebih dari lima juta orang mengungsi ke luar negeri.
Mahmoud Wahoob, seorang guru sekolah mengatakan, setelah perang selama bertahun-tahun, anak-anak menghadapi banyak tantangan dan sekolah tidak cukup diperlengkapi untuk menangani masalah tersebut.
"Karena hidup dalam kondisi perang selama 10 tahun terakhir ini, kami menghadapi banyak kesulitan dengan anak-anak dan murid-murid di sekolah. Sekolah kami kekurangan dalam banyak hal, termasuk dalam metode pengajaran, penglaman atau dukungan dana. Ada beberapa problem yang dialami anak-anak karena pendidikan mereka terganggu akibat perang. Jadi ada anak-anak yang berusia 6, 7, atau 8 tahun yang masih duduk di kelas 1 SD," jelas Mahmpud Wahoob.
Ia menambahkan, sejumlah anak-anak terpaksa membolos sekolah karena pertempuran tersebut sehingga membuat mereka ketinggalan pelajaran. [lj/ab]