Kekerasan menelan banyak korban anak muda tertentu di beberapa lingkungan perkotaan Amerika Serikat. Mereka menghadapi risiko kematian terkait dengan senjata api yang lebih tinggi daripada jika mereka bertugas di zona perang. Senjata api adalah penyebab utama kematian anak-anak, remaja, dan anak muda di negara tersebut. Demikian temuan sebuah penelitian.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh jurnal medis JAMA Network Open menemukan bahwa pemuda di dua zona perkotaan meninggal akibat senjata api pada angka yang lebih tinggi daripada kematian personel militer AS saat bertugas dalam perang di Irak dan Afghanistan.
Para peneliti berfokus pada kematian terkait senjata di kalangan anak muda yang tinggal di empat kota besar AS yang paling brutal, yaitu Chicago, Philadelphia, New York, dan Los Angeles. Tingkat kematian laki-laki berusia 18 hingga 29 tahun lebih tinggi terjadi di lingkungan paling berbahaya, yaitu Chicago dan Philadelphia, daripada di zona perang, sementara tingkat kematian di wilayah paling kejam di New York dan Los Angeles tercatat lebih rendah dibandingkan kematian di peperangan.
“Hasil penelitian ini merupakan peringatan mendesak untuk memahami, menghargai, dan menanggapi risiko serta trauma terkait yang dihadapi demografi laki-laki muda ini,” kata Brandon del Pozo, asisten profesor di Fakultas Kedokteran Warren Alpert Universitas Brown, yang juga salah seorang peneliti.
BACA JUGA: Pasca Penembakan Massal, Biden Kembali Desakkan Larangan Senjata SerbuStudi baru ini diterbitkan ketika secara keseluruhan tingkat kematian AS tahun lalu akibat senjata api meningkat lebih dari 14% ke level tertinggi dalam hampir tiga dekade.
Kekerasan senjata melonjak di banyak komunitas AS pada 2022, termasuk jumlah insiden penembakan massal yang korbannya hampir mencapai rekor. Sepanjang tahun ini telah terjadi 41 penembakan massal, merenggut 74 nyawa dan melukai 171 orang, menurut Gun Violence Archive sebuah organisasi yang berbasis di Washington dan melacak kekerasan senjata api. [my/ah]