Para investor yang berharap laba perusahaan Indonesia akan pulih dalam paruh kedua tahun ini sedang bersiap menghadapi kekecewaan, terlihat dari pasar saham yang sudah berkinerja terburuk di Asia.
Indeks saham utama Jakarta turun 11 persen dalam kuartal kedua, penurunan terbesar dalam satu kuartal sejak ahir 2008. Proyek-proyek infrastruktur besar yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo untuk mendongkrak ekonomi gagal diwujudkan, terhalang kendala birokrasi.
Sejak musim pendapatan kuartal pertama bulan April, sektor-sektor seperti semen, peralatan berat dan listrik serta air telah menanggung beban berat dari revisi-revisi proyeksi pendapatan oleh para analis. Indeks sektoral (sub-share index) untuk industri dasar berkinerja terburuk sejauh ini tahun ini, turun 21 persen.
Biaya-biaya produksi yang lebih tinggi, akibat inflasi dan rupiah yang melemah, beserta menurunnya permintaan konsumen di tengah melambatnya ekonomi menurunkan prediksi untuk perusahaan-perusahaan Indonesia. Estimasi pertumbuhan laba untuk 2015 telah turun lebih dari setengahnya menjadi rata-rata 4,9 persen sejak akhir tahun lalu, menurut laporan Citi.
"Kami tidak seoptimistis sebelumnya," ujar Winston Sual, presiden direktur PT Panin Asset Management di Jakarta, yang mengelola aset bernilai sekitar Rp 13 triliun.
"Mudah-mudahan situasi membaik, tapi perkiraan kami sekarang jauh lebih rendari dari perkiraan pada awal tahun ini."
Sejauh ini para analis menurunkan perkiraan pendapatan per saham sebesar 11 persen, dibandingkan dengan 36 persen pada 2009 dan 23 persen tahun 2013, keduanya merupakan periode ekonomi melemah, menurut laporan bulan Juni dari Morgan Stanley, yang memperkiraan penurunan lebih jauh.
Laporan-laporan pendapatan kuartal pertama ini bersamaan dengan data yang menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh dengan irama paling lambat dalam enam tahun terakhir pada periode Januari sampai Maret.
Optimisme konsumen, yang sudah melemah, telah memburuk sejak itu. Kepercayaan konsumen atas lapangan pekerjaan dan pendapatan dalam enam bulan mendatang menurun, menurut survei konsumen Bank Indonesia bulan Juni.