Ancaman Bom Akibatkan Ketidakpastian dalam Kampanye Pemilihan Paruh Waktu

  • Jim Malone

Presiden Trump saat berkampanye di Meza, Arizona, 19 Oktober 2018. (Foto: dok).

Kurang dari dua minggu sebelum pemilihan paruh waktu Amerika Serikat, unsur baru ketakutan dan ketidakpastian telah disuntikkan ke dalam kampanye setelah adanya apa yang diduga sebagai bom pipa yang dikirim ke beberapa tokoh Partai Demokrat. Insiden itu pada gilirannya telah memicu fokus baru retorika politik yang tajam yang telah lama membentuk suasana yang memecah belah, dengan seruan dari kedua pihak untuk melunakkan keberpihakan.

Dalam kampanye di Wisconsin, Presiden Donald Trump memohon rakyat agar tenang. “Kita ingin semua pihak bersatu dengan damai dan harmonis. Kita bisa melakukannya. Kita bisa melakukannya. Kita bisa melakukannya. Itu akan terjadi.”

Tetapi Trump mengecam media berita dalam cuitan bahkan setelah dia mengajukan permohonan untuk melunakkan retorika politik yang memanas di kedua sisi. “Mereka yang terlibat dalam arena politik harus berhenti memperlakukan lawan politik sebagai cacat moral.”

Kalangan Partai Demokrat menyambar pernyataan Trump tersebut, dan membalas dengan menuduh Trump telah menjadi penghasut utama dalam ketegangan politik dengan serangan partisannya.

BACA JUGA: Trump: Bom yang Menarget Tokoh Politik, Serangan Terhadap Demokrasi

Wali kota New York, Bill de Blassio, yang berasal dari Partai Demokrat, mengatakan,“Ini adalah masa yang sangat menyakitkan di negara kita. Ini adalah saat ketika orang-orang merasakan sentimen kebencian, dan insiden seperti ini memperburuk rasa sakit dan rasa takut itu.”

Trump telah secara agresif menyerang Partai Demokrat dalam kampanye paruh waktu, termasuk dalam kampanye baru-baru ini di Montana. “Partai Demokrat telah menjadi terlalu ekstrim untuk dipercayai untuk memegang kekuasaan. Kebijakan radikal mereka merupakan bahaya bagi keluarga kita dan negara kita.”

Sebelum paket bom menyasar para tokoh Demokrat, Trump memusatkan perhatian pada masalah imigrasi terkait rombongan atau karavan migran Amerika Tengah yang kini bergerak menuju ke Amerika melalui Meksiko.

Partai Demokrat melawan dengan upaya habis-habisan pada hari-hari terakhir kampanye dengan bantuan dari mantan Presiden Barack Obama.

“Taruhannya tinggi. Konsekuensi dari siapa pun di sini yang tidak ikut memilih dan melakukan semua yang Anda bisa untuk membuat teman, tetangga, dan keluarga Anda memilih, konsekuensi dari keputusan Anda tinggal di rumah, akan sangat berbahaya bagi negara ini, bagi demokrasi kita.”

BACA JUGA: Karavan Migran dari Amerika Tengah Menjadi Isu Kampanye Pemilihan Paruh Waktu di AS

Partai Demokrat tetap percaya diri akan memperoleh tambahan kursi di Kongres pada tanggal 6 November nanti, kata Jim Kessler, ahli strategi partai itu.“Ada gelombang biru yang datang. Pertanyaannya, seberapa besar? Saya percaya bahwa Demokrat akan kembali menjadi mayoritas di DPR. Saya kira kami akan mengambil alih kendali Senat untuk saat ini,” jelasnya.

Masih harus dilihat bagaimana fokus terakhir pada keamanan dan imigrasi akan berdampak pada hari-hari terakhir kampanye, kejutan klasik bulan Oktober yang mungkin menentukan partai mana yang akan mengendalikan Kongres untuk dua tahun ke depan. [lt]