Ancaman Bom dari Rusia, Video Rekayasa Bertujuan Kacaukan Pemilu AS 

  • Jeff Seldin

Seorang warga tampak mengamati surat suara saat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu Amerika Serikat di sebuah TPS di West Ridge Mall di Topeka, Kansas, pada 5 November 2024. (Foto: AP/Charlie Riedel)

Upaya yang kemungkinan besar dilakukan Rusia untuk membuat marah warga Amerika Serikat dan melemahkan kepercayaan terhadap demokrasi AS telah mengganggu pemungutan suara di sedikitnya tiga negara bagian pada Selasa (5/11). Namun, upaya tersebut sejauh ini tidak dapat menggagalkan pemilu AS, kata para pejabat yang bertanggung jawab mengawasi keamanan pemilu.

Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) mengatakan bahwa dengan mulai tutupnya sejumlah tempat pemungutan suara (TPS), tidak ada bukti mengenai insiden yang dapat menyabotase kemampuan warga Amerika dalam memberikan suara dalam pemilihan presiden.

“Kami sekarang ini tidak melacak ada insiden signifikan dengan dampak di tingkat nasional terhadap keamanan infrastruktur pemilihan,” kata penasihat senior CISA Cait Conley. “Ini sebagian besar merupakan bukti profesionalisme yang luar biasa dan upaya para pejabat pemilihan negara bagian setempat di berbagai penjuru negeri.”

Tetapi Conley memperingatkan bahwa keliru jika meremehkan Rusia, juga Iran dan musuh-musuh AS lainnya.

BACA JUGA: Dua Pemilih di Palm Beach, Florida Berikan Suara dengan Perbedaan Mencolok

“Kita belum keluar dari kesulitan,” katanya kepada wartawan dalam pengarahan pada Selasa malam.

Gangguan itu, yang memengaruhi beberapa TPS di sedikitnya tiga negara bagian penentu, terkait dengan serangkaian ancaman bom pada hari pemilihan, yang “tampaknya berasal dari domain email Rusia,” menurut pernyataan FBI.

Negara bagian Georgia adalah yang pertama meminta perhatian mengenai ancaman itu pada Selasa pagi, menghentikan sementara pemungutan suara di lokasi-lokasi yang terdampak ancaman sebelum memastikan tidak ada bahaya yang mengancam sambil menuding Moskow terkait ancaman itu.

“Kami mengidentifikasi sumbernya, dan itu berasal dari Rusia,” kata Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger kepada wartawan.

“Mereka berniat jahat dan tampaknya mereka tidak menginginkan kita memiliki pemilihan yang lancar, adil dan akurat,” tambah Raffensperger. “Mereka pikir jika mereka dapat membuat kita bertikai satu sama lain, mereka dapat menganggapnya sebagai suatu kemenangan.”

Seorang pejabat AS mengonfirmasi kepada VOA bahwa selain ke Georgia, ancaman bom serupa juga diikirimkan ke lokasi-lokasi pemilihan di negara bagian penting, yaitu Michigan dan Wisconsin.

BACA JUGA: Akankah “Warga Baru AS” Beri Dampak pada Pemilu Amerika 2024?

“Tak satu pun ancaman itu yang dinyatakan patut dipercaya sejauh ini,” kata FBI. “Kami akan terus bekerja sama erat dengan mitra-mitra penegak hukum kami di tingkat lokal dan negara bagian untuk menanggapi ancaman apa pun terhadap pemilu kita dan untuk melindungi masyarakat kita sewaktu warga negara Amerika menggunakan hak pilih mereka.”

Tetapi para pejabat AS tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa ancaman tersebut hanyalah serangan pertama dari upaya Rusia untuk memicu kekacauan seputar pemilihan presiden.

“Musuh-musuh kita secara spesifik berniat memanfaatkan peluang untuk memelintir narasi, untuk melemahkan kepercayaan dan untuk mengadu domba warga Amerika,” kata Conley. “Kami tidak tahu ada aktivitas spesifik Rusia dalam hal operasi pengaruh yang memanfaatkan narasi ini tetapi ... kita tidak perlu terkejut kalau kita mengetahuinya.”

Beberapa pejabat Rusia pada Selasa membantah tuduhan AS, setelah sebelumnya membantah klaim AS yang disebutnya “tidak berdasar.”

BACA JUGA: Tim Kampanye Trump Blokir Sejumlah Jurnalis dari Meliput Acara Menonton Bersama Pemilu

Tetapi dugaan ancaman bom Rusia muncul dari upaya-upaya terakhir lainnya untuk mengganggu pemilihan AS.

FBI pada Selasa memperingatkan tentang sedikitnya lima upaya menggunakan nama dan rupa biro itu untuk mempromosikan narasi palsu dan memicu kepanikan terkait pemilu.

Dalam salah satu contoh, sebuah pernyataan palsu yang mengaku berasal dari FBI, memperingatkan media dan blogger AS agar tidak menerbitkan informasi mengenai kekerasan di TPS-TPS untuk mencegah kerusuhan menyebar.

Video palsu kedua yang digambarkan berasal dari FBI dan badan pemerintah lainnya menyatakan sekolah-sekolah AS tutup hingga pekan depan karena kekhawatiran mengenai kekerasan terkait pemilu.

Video ketiga membuat klaim palsu bahwa FBI telah menerima 9.000 pengaduan mengenai mesin-mesin penghitung suara yang tidak berfungsi, beberapa tampaknya dicurangi untuk membantu salah satu kandidat presiden.

“Video ini juga tidak otentik, bukan berasal dari FBI, dan kontennya palsu,” kata FBI dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, para pejabat FBI mengecam klip berita palsu yang mendesak warga Amerika agar “memilih dari jarak jauh” karena meningkatnya ancaman serangan teror. Sebuah video palsu lainnya menuduh lima penjara di AS terlibat dalam rencana mencurangi pemilu.

Biro federal itu tidak mengatakan siapa yang bertanggung jawab menciptakan video-video tersebut, yang mulai beredar hanya tiga hari setelah dua video palsu lainnya yang seolah-olah berasal dari FBI mulai beredar di media sosial.

Video palsu lainnya menargetkan CIA, dengan menuduh bahwa badan spionase AS itu menemukan bukti bahwa warga Amerika yang telah meninggal dimanfaatkan untuk memberikan suara.

Video itu “sama sekali palsu dan konsisten dengan disinformasi asing yang telah lama diperingatkan oleh komunitas intelijen AS,” kata seorang juru bicara CIA kepada VOA.

Para pejabat intelijen AS telah menetapkan tanggung jawab atas video-video lain yang mengklaim memperingatkan penyimpangan dalam pemberian suara, yang sebagian muncul pekan lalu, pada para pelaku Rusia. [uh/ab/rs]