Taiwan akan memperpanjang wajib militer dari empat bulan menjadi satu tahun mulai 2024, seraya menyebut alasan meningkatnya ancaman terhadap pulau yang diperintah secara demokratis itu dari negara tetangganya, China, kata Presiden Tsai Ing-wen, Selasa (27/12).
Langkah ini, yang telah diduga sebelumnya, diambil sementara China meningkatkan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan untuk menegaskan klaim kedaulatannya, termasuk dengan mengirim misi angkatan udara China hampir setiap hari di dekat pulau itu selama tiga tahun terakhir.
Berbicara setelah pertemuan dewan keamanan nasional yang diikuti oleh para pejabat keamanan senior, Tsai mengatakan, Taiwan menginginkan perdamaian tetapi harus dapat membela diri.
“Selama Taiwan cukup kuat, ini akan menjadi rumah bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia, dan tidak akan menjadi medan tempur,” kata Tsai dalam konferensi pers sewaktu mengumumkan keputusan yang disebutnya “sangat sulit” itu.
Sistem militer yang sekarang ini, termasuk pelatihan tentara cadangan, tidak efisien dan tidak cukup untuk mengatasi ancaman militer China yang meningkat, khususnya jika China melancarkan serangan cepat terhadap Taiwan, lanjut Tsai.
“Taiwan ingin memberitahu dunia bahwa antara demokrasi dan kediktatoran, kami dengan tegas percaya pada demokrasi. Antara perang dan damai, kami mendorong perdamaian. Mari kita tunjukkan keberanian dan tekad untuk melindungi tanah air kita dan membela demokrasi.”
Peserta wajib militer akan menjalani pelatihan yang lebih intensif, termasuk latihan menembak, instruksi tempur yang digunakan pasukan AS, serta mengoperasikan senjata yang lebih kuat termasuk rudal antipesawat Stinger dan rudal antitank, kata Tsai.
BACA JUGA: Taiwan: China Kerahkan 71 Pesawat Tempur dalam Latihan Perang Akhir PekanTim keamanan Tsai, yang terdiri dari para pejabat tinggi dari kementerian pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional, telah meninjau sistem militer Taiwan sejak 2020, kata seorang pejabat kepada Reuters.
Taipei, yang menolak klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan, hari Senin melaporkan serangan angkatan udara terbesar China ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu, dengan 43 pesawat China melewati zona penyangga tidak resmi antara kedua pihak.
China juga mengadakan latihan perang di dekat Taiwan pada bulan Agustus lalu, menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei. Pemerintah Taiwan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka. [uh/ab]