Menteri Luar Negeri Iran, Senin (10/6), mengambil sikap tegas dengan memperingatkan Amerika bahwa negara itu "tidak bisa berharap untuk tetap aman" setelah meluncurkan apa yang ia sebut sebagai perang ekonomi terhadap Iran
Pernyataan Menlu Iran itu keluar di tengah kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman yang berusaha meredakan ketegangan.
Mohammad Javad Zarif dengan wajah tegas melontarkan rangkaian ancaman atas ketegangan yang berlangsung di Teluk Persia.
Krisis itu bermula dari keputusan Presiden Donald Trump lebih dari setahun lalu yang menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara kuat dunia yang disepakati pada 2015. Trump juga menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran, dengan menarget sektor minyaknya.
Retorika Zarif yang keras menandai perubahan tajam diplomat berpendidikan Amerika itu dan memberi sinyal bahwa Iran mengambil garis yang lebih keras terhadap Barat.
Zarif menyampaikan ancamannya secara terbuka saat jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Hal itu sangat mengagetkan karena Zarif lah yang membantu mewujudkan kesepakatan nuklir itu, bersama Presiden Hassan Rouhani yang relatif moderat. Namun, ia bukanlah penentu apakah negaranya akan berperang atau tidak. Keputusan itu diserahkan kepada pemimpin tertinggi.
Sementara itu, Maas menegaskan bahwa Jerman dan negara-negara Eropa lain ingin menemukan cara menyelamatkan kesepakatan itu. Kesepakatan itu membatasi upaya Iran memperkaya uranium dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Namun ia mengakui ada batasan.
Namun, Eropa belum menawarkan Iran cara mengatasi sanksi Amerika yang baru diberlakukan. [ka]