Para anggota legislatif AS mempertanyakan rencana pemerintahnya untuk mengurangi pengiriman komoditas makanan dari AS ke negara yang membutuhkan.
WASHINGTON —
Pemerintahan Barack Obama berencana mengurangi jumlah pengiriman komoditas makanan dari Amerika ke negara-negara yang membutuhkan. Sebagai gantinya, pemerintah AS akan membeli lebih banyak dari para petani yang lebih dekat dengan wilayah pengiriman. Proposal ini menandai perubahan besar dalam program yang telah berlangsung selama 60 tahun dan dikenal sebagai Food for Peace (Pangan untuk Perdamaian).
Dari banjir sampai gempa bumi dan perang serta kekurangan makanan yang kronis, Amerika Serikat merupakan donor terbesar bantuan pangan di dunia. Namun anggaran sangat ketat di Washington saat ini sehingga kepala Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) Rajiv Shah mengusulkan reformasi.
"Reformasi ini dirancang untuk memberikan gizi utama dasar kepada empat juta anak-anak lebih banyak di saat kebutuhan ekstrem tanpa meminta dana tambahan," ujar Shah.
Ia mengatakan bahwa pembelian makanan di wilayah yang terimbas, atau penyediaan uang atau voucher kepada orang-orang yang membutuhkan, menghemat sampai 50 persen dibandingkan dengan pembelian dan pengiriman makanan dari AS. Selain itu, makanan itu sampai di wilayah yang membutuhkan sampai 14 minggu lebih cepat.
Jumlah makanan yang dibeli dan dikirimkan dari AS akan berkurang dari sekitar 85 persen saat ini menjadi 55 persen dengan adanya proposal ini.
Namun anggota badan legislatif dari Partai Republik Kevin Yoder mengatakan pengurangan makanan dari Amerika akan menambah angka pengangguran. Ia mengatakan hal itu akan sulit diterima komunitas pertanian.
"Jelas hal itu harus dijelaskan pada para konstituen mengapa pilihan itu dibuat untuk membayar petani di negara lain dibandingkan dengan petani di sini," ujar Yoder, wakil negara bagian Kansas.
Dan Yoder mempertanyakan apakah benar membeli dari petani lokal akan selalu lebih murah.
"Setidaknya beberapa informasi menunjukkan bahwa pembelian lokal dan regional, program transfer tunai tidak selalu lebih murah dibandingkan bantuan makanan AS," ujar Yoder pada sebuah pembahasan di Gedung Capitol, Rabu (24/4).
Pembahasan isu ini dan yang lainnya di Senat merupakan yang pertama sejak anggaran presiden diluncurkan awal bulan ini.
Para analis mengatakan isu ini akan menghadapi perlawanan keras dari para anggota legislatif.
Proposal tersebut juga mendapat perlawanan dari perusahaan-perusahaan pengiriman AS, yang mengatakan bahwa pengiriman bantuan pangan membantu armada perdagangan laut AS yang sudah menciut tetap bergerak.
Shah mengatakan penelitian demi penelitian menemukan bahwa pembelian secara lokal lebih efisien.
“Dan itulah sebabnya mengapa, saya yakin, setiap mantan direktur Program Pangan Dunia (WFP) dan direktur yang sekarang, hampir semua LSM besar, sebagian besar ahli telah melihat hal ini, semua pendahulu saya dan CEOs besar dalam sektor pertanian semua yakin ini tindakan yang benar," ujar Shah.
Shah menambahkan bahwa meski bantuan pangan merupakan pasar besar bagi petani di masa lalu, "sekarang, Food for Peace secara keseluruhan merupakan sengah dari 1 percent dari nilai ekspor pertanian secara total. Dan perubahan dari 85 persen menjadi 55 persen barangkali kurang dari itu."
Dari banjir sampai gempa bumi dan perang serta kekurangan makanan yang kronis, Amerika Serikat merupakan donor terbesar bantuan pangan di dunia. Namun anggaran sangat ketat di Washington saat ini sehingga kepala Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) Rajiv Shah mengusulkan reformasi.
"Reformasi ini dirancang untuk memberikan gizi utama dasar kepada empat juta anak-anak lebih banyak di saat kebutuhan ekstrem tanpa meminta dana tambahan," ujar Shah.
Ia mengatakan bahwa pembelian makanan di wilayah yang terimbas, atau penyediaan uang atau voucher kepada orang-orang yang membutuhkan, menghemat sampai 50 persen dibandingkan dengan pembelian dan pengiriman makanan dari AS. Selain itu, makanan itu sampai di wilayah yang membutuhkan sampai 14 minggu lebih cepat.
Jumlah makanan yang dibeli dan dikirimkan dari AS akan berkurang dari sekitar 85 persen saat ini menjadi 55 persen dengan adanya proposal ini.
Namun anggota badan legislatif dari Partai Republik Kevin Yoder mengatakan pengurangan makanan dari Amerika akan menambah angka pengangguran. Ia mengatakan hal itu akan sulit diterima komunitas pertanian.
"Jelas hal itu harus dijelaskan pada para konstituen mengapa pilihan itu dibuat untuk membayar petani di negara lain dibandingkan dengan petani di sini," ujar Yoder, wakil negara bagian Kansas.
Dan Yoder mempertanyakan apakah benar membeli dari petani lokal akan selalu lebih murah.
"Setidaknya beberapa informasi menunjukkan bahwa pembelian lokal dan regional, program transfer tunai tidak selalu lebih murah dibandingkan bantuan makanan AS," ujar Yoder pada sebuah pembahasan di Gedung Capitol, Rabu (24/4).
Pembahasan isu ini dan yang lainnya di Senat merupakan yang pertama sejak anggaran presiden diluncurkan awal bulan ini.
Para analis mengatakan isu ini akan menghadapi perlawanan keras dari para anggota legislatif.
Proposal tersebut juga mendapat perlawanan dari perusahaan-perusahaan pengiriman AS, yang mengatakan bahwa pengiriman bantuan pangan membantu armada perdagangan laut AS yang sudah menciut tetap bergerak.
Shah mengatakan penelitian demi penelitian menemukan bahwa pembelian secara lokal lebih efisien.
“Dan itulah sebabnya mengapa, saya yakin, setiap mantan direktur Program Pangan Dunia (WFP) dan direktur yang sekarang, hampir semua LSM besar, sebagian besar ahli telah melihat hal ini, semua pendahulu saya dan CEOs besar dalam sektor pertanian semua yakin ini tindakan yang benar," ujar Shah.
Shah menambahkan bahwa meski bantuan pangan merupakan pasar besar bagi petani di masa lalu, "sekarang, Food for Peace secara keseluruhan merupakan sengah dari 1 percent dari nilai ekspor pertanian secara total. Dan perubahan dari 85 persen menjadi 55 persen barangkali kurang dari itu."