Mantan Ketua Partai Konservatif Inggris telah mundur dari kampanye "Brexit" yang bertujuan keluar dari Uni Eropa, setelah menuduh para penentang Uni Eropa memiliki pandangan "kebencian dan xenofobia."
Berita pengunduran diri itu muncul Senin pagi (20/6), saat Sayeeda Warsi mengatakan kepada wartawan ia memutuskan mundur dari gerakan "keluar" itu setelah melihat poster baru kampanye yang beredar menjelang pemungutan suara hari Kamis.
Sebagai putri imigran Pakistan, Sayeeda Warsi adalah perempuan muslim pertama yang memegang posisi tingkat kabinet dalam pemerintahan Inggris.
Poster itu menunjukkan gambar para migran dan pengungsi meringkuk di perbatasan Slovenia, dengan keterangan "Breaking Point." Pemimpin Anti-Uni Eropa Nigel Farage meluncurkan poster itu pekan lalu.
Poster itu telah banyak dikecam. Menteri Keuangan konservatif George Osborne menyamakannya dengan "slogan-slogan yang digunakan pada era tahun 1930-an."
"Saya tidak bisa mendukung hal ini," kata Warsi kepada harian The Times.
Keputusannya itu muncul di saat jajak pendapat menunjukkan pemilih Inggris terbagi antara mereka yang mendukung keluar dari 28 negara blok Uni Eropa dengan mereka yang memilih untuk tetap bergabung.
Perubahan keputusan Warsi juga terjadi hanya beberapa hari setelah pembunuhan anggota parlemen Inggris Jo Cox - pembunuhan yang mengejutkan Inggris dan juga seluruh benua Eropa serta dunia.
Jo Cox, pembela gigih bagi kaum migran dan pengungsi, hari Kamis dibunuh oleh seorang penentang Uni Eropa yang tampaknya sakit jiwa, yang kemudian mengidentifikasi dirinya di pengadilan dengan pernyataan "Nama saya adalah kematian bagi pengkhianat, kebebasan bagi Inggris." [zb]