Majelis rendah parlemen Prancis yang berpengaruh, Majelis Nasional, mengadakan sidang pembukaan pada hari Kamis, (18/7) untuk memilih ketua parlemen setelah pemilu mendadak yang kacau yang diadakan oleh Presiden Emmanuel Macron menghasilkan badan legislatif yang tidak jelas.
Pemilu parlemen awal bulan ini menghasilkan perpecahan antara tiga blok politik utama: koalisi kiri Front Rakyat Baru, sekutu-sekutu Macron yang berhaluan tengah, dan partai Rally Nasional yang berhaluan ekstrem kanan. Tidak satu pun dari ketiga blok partai itu yang memenangkan mayoritas langsung.
Sidang pembukaan Majelis Nasional diadakan setelah Macron pada hari Selasa menerima pengunduran diri Perdana Menteri Gabriel Attal dan menteri-menteri lainnya, namun meminta mereka untuk menangani urusan dalam kapasitas pejabat sementara (caretaker) hingga pemerintahan baru ditunjuk, pada saat Prancis bersiap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Paris pada akhir bulan.
Para politisi dari tiga blok utama dan partai-partai kecil sedang bertarung untuk memperebutkan posisi perdana menteri, dengan masing-masing kubu berusaha untuk unjuk kekuatan dengan harapan hal ini akan mempengaruhi pencalonan perdana menteri di masa depan. Ada enam kandidat yang maju.
Untuk terpilih, seorang kandidat harus mendapatkan setidaknya separuh dari 577 suara anggota parlemen di Majelis Nasional pada pemungutan suara putaran pertama atau kedua.
Jika tidak ada kandidat yang melewati ambang batas tersebut, kandidat yang memperoleh suara terbanyak akan menang pada putaran ketiga.
Para anggota blok Front Rakyat Baru, yang memenangkan kursi terbanyak di majelis, mendesak presiden untuk berpaling kepada mereka guna membentuk pemerintahan baru. Namun partai-partai utamanya, France Unbowed yang berhaluan kiri-keras, Sosialis, Partai Hijau, dan Komunis, masih berseteru di antara mereka sendiri mengenai siapa yang akan dipilih sebagai kandidat perdana menteri.
Setelah berhari-hari berdiskusi dengan penuh ketegangan, mereka menyepakati pencalonan bersama pada hari Kamis untuk jabatan perdana menteri dan memilih André Chassaigne, 74 tahun, seorang tokoh kunci partai Komunis. Chassaigne telah menjadi anggota parlemen sejak tahun 2002 dan dikenal karena keterlibatannya yang mendalam pada pekerjaan parlemen.
Serikat-serikat pekerja dan para aktivis sayap kiri melakukan protes pada hari Kamis di seluruh negeri untuk "menekan" Macron agar memilih perdana menteri yang berasal dari Front Rakyat Baru.
Belum ada jadwal pasti kapan presiden harus memilih perdana menteri baru. [my/ab]