Majelis rendah parlemen Swiss, pada Kamis (1/6), menolak sebuah rancangan undang-undang yang akan secara khusus mengizinkan pengiriman senjata buatan Swiss ke Ukraina.
Pemungutan suara di parlemen itu dilakukan ketika Presiden Swiss Alain Berset bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Konferensi Tingkat Tinggi Komunitas Politik Eropa di Moldova, di mana keduanya membahas masalah ekspor bahan perang.
Dewan Nasional di Bern memilih menolak inisiatif parlemen yang diajukan sebuah komite, dengan hasil pemungutan suara 98-75.
Jean-Luc Addor, anggota fraksi Partai Rakyat Swiss yang populis dan berhaluan kanan, serta menjadi mayoritas di Dewan Nasional, mengatakan bahwa “menerima inisiatif ini berarti berkomitmen pada salah satu pihak, seperti yang juga tercantum pada judulnya (“Undang-Undang Ukraina”). Sehingga melanggar prinsip netralitas.”
Prinsip Swiss sejak lama yaitu tetap bersikap netral, meski memiliki kekuatan militer yang dipersenjatai dengan baik, di mana negara yang dikelilingi oleh daratan dan berpenduduk 8,8 juta jiwa itu menerapkan wajib militer bagi laki-laki.
Tradisi netralitas Swiss diperdebatkan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Meskipun negara makmur yang bukan anggota Uni Eropa (UE) itu mengikuti langkah UE dalam menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, sejauh ini mereka tidak menunjukkan keleluasaan ketika menyinggung prinsip netralitas militernya.
Meski ditekan Kyiv dan para sekutunya, Swiss sejauh ini tetap menolak mengizinkan negara-negara yang memiliki senjata buatan Swiss untuk mengekspor kembali senjata buatan mereka ke Ukraina.
Hingga saat ini, Swiss telah menolak permintaan terbuka dari sejumlah negara, termasuk Jerman, Spanyol dan Denmark, merujuk pada UU Material Perang di negaranya, yang melarang segala bentuk ekspor ulang ke negara yang sedang terlibat konflik bersenjata internasional.
Pada konferensi tingkat tinggi di Moldova, Kyiv dan Chisinau menekan para pemimpin Eropa untuk memberi lebih banyak dukungan dalam menghadapi agresi Rusia.
Presiden Swiss Berset mengatakan di Twitter bahwa ia melakukan “pertemuan yang produktif dengan Zelenskyy tentang situasi di lapangan, bantuan kemanusiaan Swiss dan kegiatan pembangunan kembali.”
Media penyiaran nasional Swiss RTS mengatakan, pertemuan itu berlangsung selama 25 menit.
Mereka juga membahas aset-aset yang diblokir, peran Swiss dalam pembersihan ranjau, dan posisi negara itu dalam isu ekspor ulang persenjataan, kata Berset kepada RTS.
“Saya yakin posisi dan peran Swiss sangat dipahami Ukraina,” ujar Berset, yang menambahkan bahwa dirinya siap mengunjungi Ukraina kapan saja.
“Kita menerapkan hukum kita. Kita telah menunjukkan sejak awal bahwa kita tidak acuh tak acuh pada apa yang sedang terjadi, kami berkomitmen kuat dengan Ukraina.
“Hari ini, yang paling penting adalah bersatu, tidak menoleransi apa yang terjadi di Ukraina timur dan bahwa satu negara masih terus memperluas pendudukannya.” [rd/rs]