Angka Kematian Akibat Overdosis di AS Turun pada 2023

  • Associated Press

Sejumlah warga membawa foto kerbat mereka yang meninggal dunia akibat krisi fentanil saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan DPR AS di Gedung Capitol, Washington, pada 16 April 2024. (Foto: VOA)

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Rabu (15/5) mengatakan jumlah overdosis fatal di AS turun pada tahun lalu.

CDC mencatat data itu bersifat sementara dan dapat berubah setelah analisis lebih lanjut, dan bahwa mereka masih memperkirakan penurunan ketika penghitungan akhir dilakukan. Hasil tersebut akan menjadi penurunan tahunan kedua sejak epidemi kematian akibat narkoba nasional saat ini dimulai lebih dari tiga dekade yang lalu.

Sejumlah pakar bereaksi dengan hati-hati menanggapi temuan tersebut. Salah satunya menggambarkan penurunan tersebut relatif kecil dan bahwa hal itu harus dianggap sebagai bagian dari leveling off (meratakan.red) dibanding penurunan. Yang lain mencatat bahwa terakhir kali terjadi penurunan pada tahun 2018, angka kematian akibat narkoba pada tahun-tahun berikutnya justru melonjak.

"Setiap penurunan adalah hal yang menggembirakan," kata Brandon Marshall, seorang peneliti dari Brown University yang mempelajari tren overdosis. "Tapi saya pikir masih terlalu dini untuk merayakan atau menarik kesimpulan berskala besar tentang ke mana arah kita dalam jangka panjang dengan krisis ini."

BACA JUGA: Jual Sabu-Sabu di Bali, Warga Australia Terancam 20 Tahun Penjara

Masih terlalu dini untuk mengetahui apa yang mendorong penurunan tersebut, kata Marshall dan sejumlah ahli lainnya. Bisa jadi hal itu dibebakan oleh pergeseran pasokan obat, perluasan pencegahan overdosis dan perawatan kecanduan, dan kemungkinan bahwa epidemi telah membunuh begitu banyak orang sehingga sekarang pada dasarnya ada lebih sedikit orang yang dapat terdampak.

Debra Houry menyebut penurunan itu sebagai "berita yang menggembirakan" dan memuji upaya untuk mengurangi jumlah korban, tetapi dia mencatat bahwa "masih ada keluarga dan teman yang kehilangan orang yang mereka cintai karena overdosis narkoba dalam jumlah yang mengejutkan."

CDC memperkirakan ada sekitar 107.500 orang meninggal karena overdosis di AS pada tahun lalu, termasuk warga negara Amerika dan non-warga negara yang berada di negara AS saat mereka meninggal. Angka tersebut turun 3% dibanding tahun 2022, ketika diperkirakan terdapat sekitar 111.000 kematian akibat overdosis.

Epidemi overdosis narkoba, yang telah menewaskan lebih dari 1 juta orang sejak tahun 1999, telah menimbulkan banyak sekali dampak. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada minggu lalu di JAMA Psychiatry memperkirakan dari tahun 2011-2021 ada lebih dari 321.000 anak AS kehilangan orang tua akibat overdosis obat yang fatal.

Seorang pria tampak menghisap fentanil di salah satu sudut di Kota Portland, Oregon, pada 12 April 2023. (Foto: Beth Nakamura/The Oregonian via AP)

"Anak-anak ini membutuhkan dukungan" dan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kesehatan mental dan gangguan penggunaan narkoba, kata Dr. Nora Volkow, Direktur Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba, yang membantu memimpin penelitian tersebut. "Ini bukan hanya kehilangan seseorang. Ini juga tentang implikasi dari kehilangan terhadap keluarga yang ditinggalkan."

Obat penghilang rasa sakit dengan resep dokter pernah menjadi penyebab epidemi overdosis di Amerika Serikat, namun beberapa tahun lalu perannya digantikan oleh heroin, dan baru-baru ini oleh fentanil ilegal. Opioid yang sangat kuat dan berbahaya itu dikembangkan untuk mengobati rasa sakit yang hebat akibat penyakit seperti kanker, namun semakin banyak dicampur dengan obat lain dalam pasokan obat terlarang.

Selama bertahun-tahun, fentanil sering disuntikkan, tetapi semakin banyak yang diisap atau dicampurkan ke dalam pil palsu.

Sebuah studi yang diterbitkan pada minggu lalu menemukan bahwa penyitaan pil yang mengandung fentanil oleh penegak hukum meningkat drastis, dari 44 juta pada tahun 2022 menjadi lebih dari 115 juta pada tahun 2023 lalu.

Ada kemungkinan penyitaan tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan pasokan pil yang mengandung fentanil yang tumbuh dengan cepat, bukan karena polisi mengurangi penyitaan obat terlarang, kata salah satu penulis makalah tersebut, Dr. Daniel Ciccarone dari Universitas California, San Francisco.

BACA JUGA: Upaya Baru untuk Atasi Epidemi Overdosis di Amerika

Dia mencatat bahwa penurunan overdosis tidak seragam. Semua – kecuali dua negara bagian di bagian timur AS – mengalami penurunan, tetapi sebagian besar negara bagian Barat mengalami peningkatan. Alaska, Washington dan Oregon masing-masing mengalami peningkatan 27%.

Alasannya? Banyak negara bagian Timur telah berurusan dengan fentanil selama sekitar satu dekade, sementara fentanil mencapai negara bagian Barat baru-baru ini, kata Ciccarone

Namun demikian, beberapa peneliti mengatakan ada alasan untuk optimis. Ada kemungkinan bahwa menghisap fentanil tidak mematikan seperti menyuntikkannya; meskipun para ilmuwan masih mendalami pertanyaan itu.

Sementara itu, semakin banyak uang yang tersedia untuk mengobati kecanduan dan mencegah overdosis, melalui pendanaan pemerintah dan penyelesaian hukum dengan produsen obat, pedagang besar dan apotek, kata Ciccarone.

"Harapan saya adalah tahun 2023 adalah awal dari titik balik [terkait situasi overdosis ini]," katanya. [em/rs]