Antisipasi Indo-Pasifik Memanas, AS dan Australia Gelar Latihan Perang Bersama 11 Negara

Artillery are fired during joint military drills at a firing range in northern Australia as part of Exercise Talisman Sabre, the largest combined training activity between the Australian Defence Force and the United States military, in Shoalwater Bay on J

Latihan perang Talisman Saber di Australia, yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Jerman dan Indonesia, dinilai sebagai upaya memperkuat aliansi untuk menjamin kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, di tengah peningkatan kekuatan militer China di kawasan tersebut. 

Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles bertemu dengan tentara dari berbagai negara yang ikut serta dalam latihan perang Talisman Saber di Kota Townsville, Australia, Minggu (30/7).

Talisman Sabre kali ini diadakan selama dua minggu dan melibatkan lebih dari 30.000 tentara dan peserta dari 13 negara, untuk menunjukkan kekuatan dan persatuan di tengah peningkatan kekuatan militer China di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Helikopter Tentara Australia Jatuh, Latihan Militer AS-Australia Dihentikan

“Benar-benar ada kesan bahwa negara-negara mitra, yaitu ketiga belas negara yang ikut serta dalam Latihan Talisman Sabre, membangun keterhubungan dengan satu sama lain dalam latihan ini, yang meningkatkan keamanan bersama kawasan Indo-Pasifik," kata Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.

Latihan perang dua tahun sekali yang digelar di beberapa lokasi di Australia itu mencakup simulasi pertempuran darat dan udara, serta pendaratan amfibi.

“Kami akan terus mendukung sekutu kami dan latihan ini membantu kami memperkuat aliansi kami yang tidak terpatahkan dan misi akan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Saya bangga, sangat bangga, karena 13 negara yang ikut serta dalam latihan tahun ini memiliki visi yang sama," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

Sebuah rudal ditembakkan dari sistem HIMARS militer AS dalam latihan militer bersama Talisman Sabre dengan Australia di Shoalwater Bay, Australia, 22 Juli 2023. (Foto: Andrew Leeson/AFP)

Selain Australia dan AS, pasukan militer Kanada, Fiji, Prancis, Jerman, Indonesia, Jepang, Selandia Baru, Papua Nugini, Republik Korea, Tonga dan Inggris ikut serta dalam latihan tersebut.

Jerman untuk pertama kalinya berpartisipasi dengan mengirimkan 210 personel pasukan terjun payung dan marinir, seiring upayanya untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut.

Latihan gabungan itu diwarnai insiden jatuhnya helikopter Angkatan Pertahanan Australia (Australian Defence Force/ADF) di laut lepas negara bagian Queensland pada Jumat (28/7). Setidaknya empat orang dikhawatirkan tewas setelah kecelakaan itu.

BACA JUGA: China Kian Agresif, AS Perluas Pengaruh di Pasifik

Menhan Lloyd mengatakan, AS “mendukung upaya pencarian dan penyelamatan” dan siap memberikan “bantuan lebih lanjut.”

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menhan Llyod, Sabtu (29/7) menyampaikan keprihatinan atas insiden hilangnya awak helikopter tentara Australia saat dimulainya hari kedua pertemuan bilateral dengan mitra-mitra mereka di Brisbane. Diskusi di kota pesisir ini fokus merundingkan kesepakatan untuk memberi Australia armada kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi yang dikembangkan AS.

Australia juga akan membeli tiga kapal selam kelas Virginia dari AS dan membangun lima kapal selam kelas AUKUS baru di bawah kemitraan AUKUS – Australia, Inggris dan AS. Kapal selam jenis Virginia atau dikenal sebagai SSN-774 adalah kapal selam serangan cepat rudal jelajah bertenaga nuklir termutakhir yang dioperasikan Angkatan Laut AS.

Tentara Australia, Selandia Baru, dan Prancis sedang berlatih menggunakan senjata baru di Townsville Field Training Area, Australia, 19 Juli 2023. (Foto: Australia Defence Force/AFP)

AS sendiri akan meningkatkan pasokan persenjataannya yang menyusut dengan membantu Australia mengembangkan industri manufaktur dan ekspor rudal, kata sejumlah pejabat hari Sabtu, setelah pertemuan tingkat tinggi kedua negara itu.

AS kini akan bekerja sama dengan Australia untuk mengembangkan industri rudal domestiknya yang masih muda, dengan tujuan untuk mengamankan pasokan rudal bagi militernya sendiri ke depan.

Perang di Ukraina telah membebani rantai pasokan militer AS dan menghabiskan stok rudal serta amunisi lainnya.

BACA JUGA:

Antisipasi Indo-Pasifik Memanas, AS dan Australia Gelar Latihan Perang Bersama 11 Negara Lain, Termasuk Indonesia

Australia sendiri saat ini sedang memulai perombakan angkatan bersenjatanya, dengan mengalihkan fokus untuk memperkuat kemampuan serangan jarak jauh dalam upaya untuk menjaga jarak dengan China, yang berpotensi menjadi musuhnya kelak.

“Kami harap pembuatan rudal di Australia akan dimulai dua tahun lagi sebagai bagian dari markas industri bersama di antara dua negara kami. Ini merupakan langkah maju yang sangat signifikan dalam hubungan kami dan hubungan industri pertahanan kami," kata Menhan Australia Marles

Canberra juga setuju untuk memperbarui pangkalan militernya yang penting dan strategis di utara negara itu, sehingga memungkinkan mereka menjadi tuan rumah latihan militer dan meningkatkan rotasi pasukan AS. [rd/em]