Taiwan melakukan uji pertahanan udara, Selasa (26/3) dengan mengerahkan rudal Patriot buatan AS dan sistem artileri antipesawatnya, dengan mengatakan pihaknya akan meningkatkan pelatihan dalam menghadapi “intrusi” militer China di sekitar pulau yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengatakan pihaknya tidak akan mengesampingkan penggunaan kekerasan untuk membuat pulau itu berada di bawah kendalinya.
Pesawat-pesawat tempur dan kapal-kapal China mempertahankan kehadirannya hampir setiap hari di sekitar pulau itu, ketika Beijing meningkatkan tekanan militer terhadap Taipei dengan menggunakan apa yang diistilahkan para ahli sebagai tindakan “zona abu-abu”, tindakan yang memicu ketegangan tapi bukan perang langsung,
Komando Angkatan Udara Taiwan mengatakan pihaknya melakukan latihan antara pukul 05.00 dan 07.00 pagi waktu setempat yang mencakup rudal permukaan-ke-udara Sky Bow buatan dalam negeri dan rudal permukaan-ke-udara Patriot buatan AS serta unit-unit angkatan darat dan laut.
“Tujuannya adalah untuk memverifikasi komando dan kendali operasi pertahanan udara gabungan di antara tiga cabang militer,” katanya, seraya menambahkan bahwa latihan tersebut berjalan lancar.
“Dalam menghadapi seringnya intrusi pesawat dan kapal PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) ke wilayah udara dan perairan sekitar Taiwan, Angkatan Udara akan terus meningkatkan intensitas pelatihan untuk menanggapi potensi ancaman.”
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menolak klaim China atas pulau tersebut, menyebabkan Beijing memutus semua komunikasi tingkat tinggi sejak Tsai berkuasa pada tahun 2016.
Dia telah meningkatkan belanja pertahanan selama delapan tahun masa jabatannya, dengan membeli senjata militer dan mengembangkan peralatan buatan Taiwan, seperti kapal selam dan kapal perang.
Pada hari Selasa, Tsai mengawasi penyerahan dua kapal perang buatan dalam negeri, keduanya korvet kelas Tuo Chiang di pelabuhan Suao di wilayah timur laut Yilan.
“Selama beberapa tahun terakhir, kami terus menerapkan otonomi pertahanan dengan kapal perang buatan Taiwan diberi nama, diluncurkan, dan ditugaskan satu demi satu dengan kecepatan yang semakin cepat,” kata Tsai dalam pidatonya.
“Pencapaian ini berulang kali menunjukkan kapasitas Taiwan dalam pembuatan kapal dalam negeri dan membuktikan tekad kami untuk menjaga demokrasi dan kebebasan kami.”
Dia juga memuji kapal-kapal perang yang dirancang untuk multi-misi rahasia dan mudah bermanuver tersebut, karena dibuat satu tahun lebih cepat dari jadwal.
Kementerian Pertahanan Taipei mengatakan 13 pesawat China dan tujuh kapal angkatan laut terlihat di sekitar Taiwan dalam 24 jam menjelang pukul 06.00 pagi pada hari Selasa.
Pekan lalu, Taiwan mendeteksi 36 pesawat militer China di sekitar pulau itu dalam waktu 24 jam, yang merupakan jumlah tertinggi dalam satu hari pada tahun ini sejauh ini. [ab/lt]