Perubahan iklim mengancam hutan hujan tropis, yang merupakan tempat tumbuhnya biji kakao yang sangat sensitif. Namun, para peneliti dan pengusaha tengah mencari cara untuk memproduksi lebih banyak kakao yang dapat ditanam di luar daerah tropis.
California Cultured, sebuah perusahaan kultur sel tanaman, menanam kakao dari kultur sel di Sacramento Barat, California. Mereka berencana untuk mulai menjual produknya tahun depan.
Perusahaan itu menaruh sel biji kakao dalam tong berisi air gula sehingga kakao tersebut dapat bereproduksi dengan cepat dan matang hanya dalam waktu seminggu, kata Alan Perlstein, kepala eksekutif perusahaan California Cultured. Panen cokelat tradisional biasanya membutuhkan waktu selama enam hingga delapan bulan. Proses tersebut juga tidak lagi menghabiskan banyak air atau menguras tenaga kerja.
Pasar cokelat sangatlah besar, di mana penjualan cokelat di AS melampaui $25 miliar (sekitar Rp386 triliun) pada tahun 2023, menurut National Confectioners Association. Banyak pengusaha memprediksi permintaan akan tumbuh lebih cepat daripada pasokan kakao.
Sejumlah perusahaan juga mencari cara untuk meningkatkan pasokan cokelat lewat kakao berbasis sel, atau menawarkan alternatif yang terbuat dari produk seperti gandum atau carob, yang dipanggang dan diberi perisa untuk menciptakan rasa cokelat untuk keripik.
Harga kakao melonjak pada awal tahun ini karena banyaknya permintaan dan masalah panen cokelat di Afrika Barat akibat penyakit tanaman dan perubahan cuaca. Afrika Barat sendiri menghasilkan sebagian besar kakao dunia.
BACA JUGA: Harga Kakao Melonjak, Pabrik Cokelat di New York Tingkatkan Produksi Pencetakan Cokelat 2D Jelang Paskah“Semua ini berdampak pada potensi ketidakstabilan pasokan, sehingga mendorong perusahaan-perusahaan pembuat kakao sintetis atau pengganti kakao untuk memikirkan cara-cara agar dapat menggantikan bahan yang kita kenal sebagai rasa cokelat,” ujar Carla D. Martin, direktur eksekutif Fine Cacao and Chocolate Institute sekaligus pengajar di bidang Studi Afrika dan Afrika-Amerika di Universitas Harvard.
Planet A Foods, perusahaan asal Jerman, telah menguji coba berbagai bahan, mulai dari buah zaitun hingga rumput laut, dan memilih campuran gandum dan biji bunga matahari sebagai alternatif cokelat dengan rasa terbaik, kata Jessica Karch, juru bicara perusahaan. Mereka menamakannya “ChoViva”.
“Tujuannya bukan untuk menggantikan cokelat hitam 80% berkualitas tinggi, tetapi untuk menghadirkan variasi produk berbeda di pasar massal,” kata Karch.
Sementara beberapa perusahaan berusaha menciptakan bahan dan pengganti kakao, perusahaan lainnya berusaha meningkatkan pasokan kakao di tempat di mana kakao tumbuh secara alami.
Mars, yang memproduksi M&M dan Snickers, memiliki laboratorium penelitian di University of California, Davis, yang bertujuan untuk membuat tanaman kakao lebih kebal, ujar Joanna Hwu, direktur senior ilmu pengetahuan tanaman kakao di perusahaan tersebut.
Fasilitas itu menyimpan berbagai jenis pohon kakao yang masih hidup, sehingga para ilmuwan dapat mempelajari apa yang membuat pohon kakao kebal terhadap penyakit, untuk membantu para petani di negara-negara produsen dan memastikan pasokan biji kakao yang stabil. [br/jm]