Gedung Putih pada hari Minggu (14/4) menyatakan serangan langsung pertama Iran ke Israel sebagai kegagalan besar, dengan 99% rudal berhasil ditembak jatuh sebelum mencapai sasaran.
Presiden AS Joe Biden mempersingkat kunjungan akhir pekan ke negara bagian asalnya, Delaware, untuk kembali ke Gedung Putih pada Sabtu (13/4). Ia menghabiskan waktu berjam-jam berbicara melalui telepon dengan para pemimpin dunia maupun rapat di ruang pertemuan “Situation Room”.
Para pejabat Gedung Putih menyampaikan kepada wartawan bahwa Washington tidak mendukung serangan balasan Israel. Pemerintahan Biden menekankan satu hal, yang disampaikan melalui Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, “Presiden (Biden) telah menegaskan, kami tidak menginginkan perang dengan Iran.”
BACA JUGA: Israel: Iron Dome Berhasil Cegat Hampir Semua 320 Serangan IranSaat fajar menyingsing, para pemimpin Israel mencari tahu apa makna serangan tersebut terhadap dukungan kepada Iran, yang mendukung kelompok-kelompok militan yang menyerang Israel pada 7 Oktober silam.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, “Kami memiliki peluang di sini untuk membangun aliansi strategis melawan ancaman serius dari Iran, yang mengancam akan memasang bahan peledak nuklir di kepala rudal-rudal ini. Hal ini bisa menjadi ancaman yang sangat serius. AS, Israel, dan para sekutu bahu-membahu untuk mempertahankan diri dari ancaman ini.”
Sementara itu, Teheran bersumpah akan membalas serangan yang diduga dilakukan Israel terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus pada awal bulan ini.
Duta besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, pada hari Minggu (14/4) juga mengungkapkan bahwa serangan Iran merupakan respons atas serangan ke gedung konsulat mereka.
Ia menekankan bahwa Iran tidak mencari konflik dengan AS, tapi Ia mengakhiri pidatonya dengan sebuah peringatan, “Namun, jika AS melancarkan serangan militer terhadap Iran, rakyatnya, atau keamanan dan kepentingannya, Iran berhak untuk merespons secara proporsional. Terima kasih.”
Meskipun warga Israel sudah mengantisipasi serangan tersebut, malam itu tetap saja menjadi malam yang mengerikan, ungkap mereka keesokan harinya.
BACA JUGA: Antara Khawatir dan Bangga: Respons Warga Iran Pasca Serangan terhadap IsraelPertanyaan besar bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sekarang adalah bagaimana Israel akan merespons.
Berbicara kepada VOA melalui Zoom, Analis Nimrod Goren dari Middle East Institute di Yerusalam mengatakan, “Saya pikir, dari cara Israel memperhitungkan bagaimana mereka akan merespons mulai dari sekarang, Israel juga melihat peluang untuk bisa membalikkan citranya yang cenderung negatif di mata Barat, mengingat apa yang terjadi kemarin dan upaya menahan diri yang mereka cerminkan dalam merespons serangan itu.”
Pemimpin Dunia KTT G7 akan Bahas Konflik Iran-Israel
Kepala negara dan pemerintahan dari tujuh negara besar anggota blok G7 (AS, Italia, Jerman, Jepang, Prancis, Inggris dan Kanada) akan berkumpul di pulau Capri pada tanggal 17-19 April. Mereka akan menunjukkan dukungan bersama untuk menuntut gencatan senjata di Gaza dan meredam ketegangan antara Israel dan Iran.
Italia, yang menjadi ketua KTT G7 tahun ini, menyatakan keterbukaan mereka untuk memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap individu-individu yang terlibat dalam perlawanan terhadap Israel pascaserangan Iran, ungkap menteri luar negerinya, Antonio Tajani, pada Senin (15/4).
“Pesan yang datang dari Teheran mengenai serangan ini benar arahnya. Ini hanya satu serangan. Selain itu, reaksi pemerintah Israel juga positif. Penting bagi kami untuk menghentikan serangan ke Rafah. Ini adalah posisi kami, posisi G7, dan sekarang kami harus mengupayakan gencatan senjata,” ujar Tajani.
Your browser doesn’t support HTML5
Tajani juga menambahkan bahwa pemberlakuan sanksi-sanksi baru membutuhkan dukungan dari semua negara anggota G7 dan menyarankan agar langkah-langkah baru tersebut difokuskan pada individu, bukan pada seluruh negara.
Sementara para pemimpin dunia memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, pertanyaan yang sama juga semakin membayangi keluarga-keluarga Palestina yang terjebak di tengah-tengah konflik sengit yang melanda Gaza. [br/jm]