Hal itu disambut baik oleh para pemimpin negara-negara itu di tengah kekhawatiran bahwa besarnya pengurangan anggaran Deplu yang diusulkan bisa menghapuskan peran Washington di negara-negara demokrasi yang terpapar campur tangan Rusia itu.
AS memandang dugaan kudeta yang dibiayai Rusia untuk membunuh Perdana Menteri Montenegro dan menggulingkan pemerintahannya Oktober lalu, sebagai contoh paling buruk campur tangan Rusia di Balkan.
Wakil Menteri Luar Negeri AS, Hoyt Brian Yee, mengatakan AS akan membela kepentingan-kepentingannya dan sekutu-sekutunya di kawasan itu.
“Negara-negara lain di Balkan harus berhati-hati, dan mewaspadai apa yang Rusia lakukan, dan itu juga yang kami lakukan,” paparnya.
Wakil Presiden Mike Pence akhir-akhir ini mewakili pemerintahan Trump di Balkan. Dia bertemu dengan presiden baru Serbia, Aleksandar Vucic di Washington pekan lalu. Dan hari Rabu, Pence akan ke Montenegro.
Daniel Serwer dari program studi internasional Universitas Johns Hopkins mengatakan, "Seperti pemerintahan sebelumnya, mereka mendelegasikan urusan Balkan kepada wakil presiden. Ini bukan hal yang buruk, tapi juga tidak sepenuhnya baik. Saya meragukan akan ada perhatian yang lebih besar terhadap kawasan itu, tapi kita belum tahu sepenuhnya.”
Rusia telah berupaya mencegah negara-negara Balkan mendekati institusi-institusi Euro-Atlantik. Wakil Menlu Yee mengatakan integrasi Balkan dengan Uni Eropa dan NATO merupakan kepentingan AS.
“Itulah sebabnya kebijakan AS selalu konsisten dari berbagai pemerintahan, baik Demokrat maupun Republik, dan saya yakin hal itu akan terus berlanjut,” ujarnya.
Yee mengatakan apabila negara-negara Balkan lebih berkomitmen untuk meneruskan reformasi dan memerangi korupsi, maka mereka tidak akan terlalu rentan akan pengaruh dari luar. Dan isyarat komitmen dari AS bisa berdampak besar di kawasan yang masih menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal itu. [vm/jm]