Twitter mendominasi media sosial dalam kampanye kepresidenan 2016 karena kemahiran Donald Trump, yang ketika itu menjadi salah seorang kandidat, menggunakan platform itu untuk diskusi politik.
Namun, waktu tiga tahun bagaikan seumur hidup di media sosial dan kandidat-kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk 2020 sudah pindah ke platform baru untuk terhubung dengan para pemilih. Koresponden VOA di Gedung Kongres Katherine Gypson melaporkan tentang bagaimana politik bisa menjadi pribadi.
Your browser doesn’t support HTML5
Memamerkan hewan peliharaan keluarga, mengunggah swafoto bersama pemilih di Instagram, merekomendasikan daftar lagu seorang penyanyi, itulah tiga cara nontradisional untuk menjangkau pemilih yang semuanya dimungkinkan oleh media sosial.
Molly O’Rourke, pakar media di Universitas Amerika di Washington, D.C. Dia mengatakan, “Semua unggahan itu ikut berkontribusi dalam memberikan rasa keaslian tentang kampanye dan bahwa semua unsur benar-benar harus beroperasi di berbagai tingkatan secara bersamaan, untuk menunjukkan posisi kebijakan, dan juga untuk memberikan wawasan tentang gaya kepemimpinan dan kepribadian kandidat."
Dalam pemilu 2016, unggahan kampanye di media sosial mengungguli kampanye di situs web dan email sebagai sumber informasi utama bagi pemilih. Hampir seperempat dari semua orang dewasa pernah melihat unggahan oleh kandidat di media sosial selama masa kampanye pemilihan.
Platform favorit presiden, Twitter, sebagian besar menarik bagi orang dalam politik. Senator Kamala Harris memimpin persaingan di antara para kandidat Partai Demokrat dalam beberapa tampilan di Twitter dan Facebook. Namun di arena persaingan, Walikota Pete Buttgieg dari South Bend, Indiana, telah memperoleh pengikut terbanyak di Instagram, platform dengan khalayak terluas.
Alex Wall, direktur untuk media sosial dalam kampanye Hillary Clinton 2016, menjelaskan, “Cerita di Instagram telah menjadi tempat di mana orang dapat benar-benar membahas banyak jenis konten yang berbeda dan berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak perlu menonton perang Twitter sehari-hari.”
Alex Wall berada di belakang sebagian cuitan top Hillary Clinton melawan Trump. Dia mengatakan para kandidat harus menyusun strategi berdasarkan kepribadian mereka.
Instagram Live, yang belum ada pada tahun 2016, memberi para kandidat platform penyiaran gratis secara langsung dari ponsel mereka. Instagram Live juga memungkinkan para kandidat untuk berinteraksi langsung dengan para pemilih melalui sesi tanya jawab di layar ponsel.
“Tidak mahal bagi mereka untuk dapat menyampaikan pesan dibandingkan dengan iklan tradisional atau bahkan strategi media yang didapat dengan biaya mahal,” imbuh Molly O’Rourke dari Universitas Amerika.
Bisa di katakan bahwa setiap hari di media sosial seakan mengadakan pertemuan kampanye nasional – penjangkauan luas terhadap pemilih yang akan sangat penting pada tahun 2020, kata Alex Wall.
“Orang Amerika sangat haus akan dialog di media sosial. Itulah cara kita menggunakan media sosial, dan saya kira dengan apa yang dilakukan oleh Trump, kami benar-benar kalah dalam hal itu,” jelasnya.
Itulah peluang yang diharapkan oleh Partai Demokrat akan membantu mengalahkan presiden penggemar media sosial itu dalam persaingan pemilihan presiden 2020 yang akan datang. [lt]