Aplikasi Kurangi Limbah Makanan Kian Populer di Mesir Selama Ramadan

TeKeya, aplikasi seluler untuk upaya mengurangi limbah makanan. (Facebook/TeKeyafood)

Warga Mesir kini dapat berpartisipasi dalam upaya mengurangi limbah makanan dengan memesan makanan segar berlebih dari restoran dan pemasok lain melalui sebuah aplikasi seluler. 

Aplikasi seluler yang diberi nama TeKeya ini pada prinsipnya menyediakan platform bagi para pemasok makanan dan restoran di Mesir untuk menjual kelebihan makanan mereka dengan harga lebih murah kepada pelanggan.

Makanan itu bisa untuk dikonsumsi sendiri atau disumbangkan ke badan-badan amal yang terdaftar di TeKeya. Restoran atau pemasok makanan juga dapat menyumbangkan kelebihan makanan mereka secara gratis melalui aplikasi ini.

Aplikasi ini dirancang oleh pasangan yang tinggal di Dubai, Menna Shahin dan suaminya, Max Haartsen. Mereka meluncurkannya pada 2019, namun menjadi populer saat ini seiring meredanya pandemi COVID-19, dan berlangsungnya Ramadan.

Shahin menjelaskan, “Selama Ramadan, model berdonasi makanan melalui aplikasi ini sangat diminati karena banyak orang berniat menyumbang. Ada restoran yang kelebihan memproduksi makanan, begitu pula halnya dengan bisnis katering. Kami mendapat banyak makanan yang disumbangkan untuk tujuan amal. Alih-alih menjadi bulan menumpuk sampah makanan, Ramadan menjadi bulan mengurangi polusi. Kami menyalurkannya untuk tujuan amal."

Menurut Shahin, TeKeya menguntungkan banyak pihak.“Ide aplikasi Tekeya didasarkan pada kemenangan tiga kali lipat. Ketika pengguna memesan melalui TeKeya, mereka menghemat uang, 50 persen. Penyedia atau restoran yang beriklan di TeKeya menghasilkan lebih banyak keuntungan. Badan amal di TeKeya juga mendapatkan makanan gratis.

Your browser doesn’t support HTML5

Aplikasi Kurangi Limbah Makanan Kian Populer di Mesir Selama Ramadan

"Idenya adalah bahwa kami menyatukan semua orang ini untuk berkontribusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Dengan TeKeya, bukan saya saja yang mengurangi polusi, tapi seluruh komunitas,” jelasnya.

Haartsen, suami Shahin, merasa bangga, dengan aplikasi karya mereka. "Pada tahun 2021 kami menghemat sekitar 40.000 paket makanan. Itu jumlah yang besar, yang setara dengan 58 ton karbon dioksida. Kami benar-benar bangga dengan ini," jelasnya.

Sementara aplikasi TeKeya saat ini hanya bergantung pada model penyedia-ke-konsumen, proyek masa depannya akan memperkenalkan model penyedia-ke-penyedia, di mana supermarket menjual kelebihan produk mereka ke restoran dengan harga lebih murah.

Baik Shahin maupun Haartsen sama-sama mengatakan bahwa mereka berharap dapat bekerja di seluruh rantai pasokan makanan, sehingga ikut juga mengurangi potensi kehilangan makanan di tingkat pertanian.

Mesir adalah negara dengan penduduki sekitar 100 juta orang. Menurut indeks limbah makanan Program Lingkungan PBB yang diterbitkan pada 2021, limbah makanan rumah tangga di sana diperkirakan mencapai 91 kilogram per orang per tahun. [ab/uh]