Empat negara Asia Tenggara yang bergantung pada Sungai Mekong dijadwalkan bertemu awal bulan depan untuk menegaskan kembali "komitmen politik" mereka pada perjanjian kerja sama pada 1995.
Pertemuan diadakan di tengah kekhawatiran mengenai dampak bendungan pembangkit listrik tenaga air di sungai yang memiliki arti penting baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Pertemuan Komisi Sungai Mekong (MRC) di Provinsi Siem Reap, di Kamboja akan mencakup pemungutan suara untuk mengadopsi rencana empat tahun mendatang bagi negara-negara yang dilewati sungai itu, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Perwakilan China dan Myanmar, keduanya "negara-negara hulu” akan hadir sebagai mitra dialog tanpa hak memberikan suara.
Enam puluh juta orang menggantungkan kehidupan secara langsung pada Sungai Mekong yan mengalir sepanjang 2.700 mil, untuk mata pencaharian. Sungai Mekong berasal dari China dan bermuara di Laut Cina Selatan. Sektor perikanan bernilai $17 miliar atau menyumbang sekitar 13 persen dari nilai perdagangan ikan internasional, diukur dengan perkiraan ekspor terbaru sebesar $130 miliar untuk 2015.
Menurut World Wildlife Fund, sebagai sumber makanan, Mekong mempengaruhi kehidupan lebih dari 300 juta orang ". Setiap langkah untuk meregulasi aliran sungai, seperti bendungan, berpotensi mempengaruhi perekonomian negara anggota dan jutaan nyawa.
Ketika MRC dibentuk pada 1995, China dan Myanmar memilih tidak menjadi anggota, yang berarti mereka dapat mengesampingkan aturan yang mewajibkan anggota untuk mengajukan proposal waduk untuk didiskusikan. Sebagian karena hal ini dan sebagian karena tidak memiliki kekuatan pengatur yang mengikat, MRC oleh beberapa kalangan dikecam sebagai lembaga yang gagal melindungi sungai Mekong dari proyek-proyek berbahaya.
Maureen Harris, Direktur LSM International Rivers di Asia Tenggara, mengatakan masyarakat di Thailand dan Laos telah melaporkan dampak dari beberapa bendungan ini selama bertahun-tahun, tanpa pengakuan resmi atau ganti rugi.
"Selama dua dekade terakhir, bendungan-bendungan di hulu sungai telah secara drastis mengubah siklus alamiah banjir-kemarau sungai dan menghambat perjalanan sedimen, sehingga mempengaruhi ekosistem dan perikanan di hilir," kata Harris kepada VOA lewat email. [my/ds]