Arab Saudi pada hari Minggu (26/5) mengumumkan penunjukan duta besar pertamanya untuk Suriah sejak memutuskan hubungan dengan Damaskus dalam 12 tahun terakhir. Penunjukan tersebut menandai mencairnya hubungan kedua negara sejak Suriah, negara yang dikoyak perang, diterima kembali ke dalam Liga Arab.
Penunjukan Faisal al-Mujfel sebagai duta besar pertama Arab Saudi untuk Suriah sejak tahun 2012 diumumkan oleh Saudi Press Agency. Penunjukan itu dilakukan setahun lebih setelah Suriah diterima kembali menjadi anggota Liga Arab yang beranggotakan 22 negara. Negara tersebut ditangguhkan dari kelompok itu selama lebih dari satu dekade karena tindakan brutal Presiden Bashar Assad terhadap para pengunjuk rasa anti-pemerintah pada tahun 2011. Riyadh sendiri memutuskan hubungan dengan Damaskus pada tahun 2012.
Media pemerintah dan pihak berwenang Suriah belum mengomentari perkembangan situasi terkait.
Pemberontakan yang berubah menjadi perang saudara di Suriah, yang kini memasuki tahun ke-14, telah menewaskan hampir setengah juta orang dan membuat separuh populasi negara tersebut yang berjumlah 23 juta jiwa mengungsi. Perang itu telah lama terhenti dan begitu pula upaya-upaya untuk menemukan solusi politik yang layak untuk mengakhirinya.
Your browser doesn’t support HTML5
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 magnitudo pada Februari 2023 yang mengguncang Turki dan wilayah Suriah utara menjadi pendorong bagi sebagian besar negara Arab untuk memulihkan hubungan dengan Presiden Assad.
Pada bulan Maret 2023, Arab Saudi dan Iran sepakat untuk menjalin kembali hubungan diplomatik setelah menjalani pembicaraan di Beijing. Langkah itu menandai terobosan diplomatik besar dengan tujuan untuk mengurangi konflik antara kedua negara.
Iran telah menjadi sekutu politik dan militer utama bagi pemerintah Assad di Suriah dan kelompok Hizbullah Lebanon. Di Yaman, Arab Saudi telah memimpin koalisi melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran sejak 2015 dalam upaya untuk memulihkan pemerintahan yang diakui secara internasional.
Konflik-konflik tersebut telah berkembang menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pekan lalu bertemu dengan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan ketika kedua negara semakin dekat untuk mencapai kesepakatan keamanan yang luas. Media pemerintah Arab Saudi mengatakan kesepakatan tersebut termasuk mengakhiri perang Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza, memberikan bantuan ke wilayah yang dilanda konflik, dan solusi dua negara yang “memenuhi aspirasi dan hak-hak yang sah dari rakyat Palestina.” [my/jm]