Seluruh Armada Pasifik Rusia dalam kondisi siaga tinggi, Jumat (14/4), untuk latihan mendadak yang melibatkan latihan peluncuran rudal, unjuk kekuatan besar-besaran di tengah ketegangan dengan Barat terkait pertempuran di Ukraina.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan tujuan latihan perang itu adalah untuk menguji kemampuan angkatan bersenjata Rusia dalam menanggapi agresi.
Bersamaan dengan peluncuran rudal, latihan tersebut juga melibatkan pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir dan pesawat-pesawat tempur lainnya, selain pesawat angkatan laut Armada Pasifik, kata Shoigu.
Militer Rusia telah memusatkan sebagian besar pasukannya di garis depan di Ukraina, tetapi juga terus melakukan latihan rutin di berbagai penjuru Rusia untuk melatih pasukannya dan untuk menunjukkan kesiapan mereka.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan latihan perang itu sebagai bagian dari pelatihan reguler yang dimaksudkan untuk “mempertahankan tingkat kesiapan angkatan bersenjata yang diperlukan.”
Shoigu mencatat bahwa skenario latihan kali ini menggambarkan tanggapan terhadap upaya musuh jika melakukan pendaratan di Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril di selatan.
Jepang menegaskan hak teritorialnya atas Kepulauan Kuril, yang disebutnya Wilayah Utara. Uni Soviet mengambilnya pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, dan perselisihan tersebut membuat kedua negara itu tidak menandatangani perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri permusuhan mereka.
Tahun lalu, Rusia mengumumkan telah menangguhkan pembicaraan damai dengan Jepang untuk memprotes sanksi Tokyo terhadap Moskow atas tindakannya di Ukraina.
Rusia telah membangun kehadiran militernya di pulau-pulau tersebut dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengerahkan jet tempur canggih, rudal antikapal, dan sistem pertahanan udara di sana.
Latihan Armada Pasifik dimulai beberapa hari sebelum rencana perjalanan ke Moskow oleh Menteri Pertahanan China Jenderal Li Shangfu. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Shoigu dan Li akan membahas “prospek kerja sama pertahanan bilateral dan masalah akut keamanan global dan regional.”
Kunjungan tiga hari ke Moskow oleh Presiden China Xi Jinping bulan lalu menunjukkan kemitraan kedua negara dalam menghadapi upaya Barat untuk mengisolasi Rusia atas Ukraina dan memberikan dorongan politik kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baik Moskow maupun Beijing menuduh Washington berusaha mengisolasi mereka dan menahan perkembangan mereka saat mereka menantang AS untuk kepemimpinan regional dan global.
Putin dan Xi mengatakan mereka akan meningkatkan kontak antara militer mereka dan melakukan lebih banyak patroli dan latihan laut dan udara bersama, tetapi tidak ada petunjuk bahwa China akan membantu Rusia dengan senjata, seperti yang ditakuti AS dan sekutu-sekutu Barat lainnya. [ab/uh]