Minggu malam merupakan momen besar bagi aktris Viola Davis, yang meraih Oscar sebagai aktris pendukung terbaik untuk "Fences". Pencapaian ini terjadi setelah karirnya yang panjang dan berwarna dengan sejumlah penghargaan dan tiga nominasi Oscar. Penghargaan Oscar kali ini menyoroti ketertarikan Hollywood pada karakter-karakter kelompok minoritas yang kompleks.
Bagi yang telah menonton film drama karya Denzel Washinton, "Fences", mengisahkan dinamika rumit keluarga kulit hitam di Amerika Serikat pada tahun 1950an, sulit melupakan akting Davis yang dahsyat.
Ia berperan sebagai Rose, istri yang setia pada suaminya, meski menyadari kekurangan-kekurangannya. Ia bertahan di samping sang suami, yang diperankan Washington, bukan dengan patuh tapi dengan penuh martabat. Ia adalah penyeimbang antara suami yang meledak-ledak dan putra mereka yang pemurung, dan ketika suaminya yang suka main gila, membawa bayi ke rumah, ia menerimanya bukan karena ia harus, tapi karena ia memilihnya.
Ini bukan pertama kalinya Davis mengejawantahkan karakter-karakter yang kompleks, tapi kemenangannya dalam Academy Awards menggarisbawahi komitmen industri film terhadap karakter-karakter tersebut.
Contoh lain adalah Mahershala Ali, yang mendapat penghargaan Aktor Pendukung Terbaik untuk perannya sebagai Juan, pengedar narkoba di daerah miskin di Miami, dalam drama independen "Moonlight". Juan kemudian merawat seorang anak laki-laki yang ditelantarkan ibunya sendiri, seorang pecandu narkoba. Dalam peran ini, Ali merupakan kriminal sekaligus pelindung.
Giovanna Chesler, direktur sekolah film di George Mason University, mengatakan penghargaan ini akhirnya diberikan setelah bertahun-tahun.
“Saya kira ini bukan soal ada lebih banyak film yang mewakili pengalaman warga kulit hitam di Amerika. Ada film-film hebat yang mewakili pengalaman kulit hitam yang akhirnya didorong ke depan dan dihargai," ujarnya.
Chesler mengatakan tren ini terjadi sebagian karena penonton yang, "haus" akan kisah-kisah seperti itu, katanya. Ia juga melihat bagaimana aktor-aktor dan para pembuat film seperti David Oyelowo dan Ava DuVernay yang menghasilkan karya-karya besar dalam tahun-tahun sebelumnya -- namun tidak mendapat Oscar -- yang membangun fondasi bagi penghargaan-penghargaan tahun ini.
DuVernay, yang membuat drama "Selma" tiga tahun lalu, dan David Oyelowo, yang bermain sebagai Martin Luther King, Jr., tidak meraih Oscar tapi upaya mereka dilanjutkan oleh para pembuat film dan aktor-aktor besar. Sekarang, DuVernay, yang juga menyutradarai film dokumenter "13th" mengenai penjara di Amerika, telah dikontrak oleh studio Disney untuk menyutradarai drama fantasi beranggaran besar.
Lalu ada pemenang Oscar Denzel Washington. Washington selama bertahun-tahun telah menjadi bagian dari arus utama Hollywood, namun masih mencoba untuk mendobrak dengan karakter-karakter dan proyek-proyek yang memicu perdebatan. Ia menyutradarai dan mengadaptasi naskah teater "Fences" karya August Wilson ke layar lebar, dan berperan sebagai suami Rose, Troy.
Ketika diminta VOA untuk menganalisis karakternya -- seorang laki-laki kasar, suami meragukan dan ayah pendendam -- Washington menjawab, "Siapakah Troy? Ia sendiri tidak tahu. Ia bergulat dengan itu. Itulah sebabnya ini drama yang hebat, karena semua pertanyaan tidak terjawab ketika tirai panggung dinaikkan."
Dan siapa yang tidak akan menyukai "Hidden Figures", drama yang menyentuh hati mengenai tiga perempuan kulit hitam Amerika yang membantu NASA pada 60an mengirim orang Amerika pertama ke luar angkasa dan kemudian ke bulan? Film ini telah merebut hati dan pikiran penggemar, sebuah pengingat bahwa penonton menginginkan cerita-cerita dengan karakter-karakter unik dalam situasi-situasi yang tidak biasa.
Ketika karakter-karakter dan cerita-cerita ini memenangkan penghargaan, kita semua beruntung karena narasi-narasi semacam itu menjadi katalis kesetaraan dalam budaya populer. Jadi, semakin banyak peran seperti itu diberi apresiasi, industri film akan semakin terdorong untuk mendobrak batas. [hd]