Beth Jensen: Artis Difabel, Tetap Berseni Tanpa Batas

Beth Jensen menderita stroke ketika dia baru berusia delapan tahun, dan meskipun dia selamat, dia hampir sepenuhnya lumpuh dan tidak dapat berbicara. (Foto: VOA)

Beth Jensen menderita stroke ketika berusia delapan tahun, dan meskipun dia selamat, hampir seluruh tubuhnya lumpuh dan ia tidak dapat berbicara. Jensen tidak ingin menyerah dengan keadaannya itu. Ia menjalani kehidupannya dengan berbagai kegiatan, seni dan cinta

Beth Jensen usia 32 tahun, duduk di kursi roda sejak berusia delapan tahun. Tetapi keterbatasan fisiknya tidak menghalanginya untuk melukis, menunggang kuda dan menghabiskan waktu bersama keluarga,

“Selalu sangat artistik! Dia menyukainya....menunggang kuda. Dia dapat menemukan hal-hal yang dapat dia lakukan dan sukai yang membuatnya tetap terilhami dan terdorong," kata saudara perempuan Beth yang bernama Sarah Jensen.

Ketika berusia delapan tahun, Beth menderita stroke dan sejak itu menjadicacat. Tidak ada yang menyangka hal itu akan terjadi. Keluarga itu sedang berkumpul di depan TV untuk menonton film ketika Beth terserang stroke.

"Seluruh tubuh Beth mulai gemetar dan dia berteriak minta dibawa ke dokter. Dan kemudian diam," kata Sarah.

BACA JUGA: Pemberdayaan Perempuan Uganda Lewat Tinju

Beth dalam keadaan koma dan orang tuanya mengira dia akan meninggal. Tidak ada yang tahu, apa yang menyebabkan Beth terkena stroke, tidak ada gejala apapun.

Dia selamat pada malam pertama itu dan beberapa hari kemudian ia sadar dari koma, tapi tidak bisa bergerak. Masalah terbesarnya, kata keluarganya, adalah menemukan cara untuk berkomunikasi - Beth hanya bisa menggerakkan satu jari dan mata.

“Ibu adalah satu-satunya yang selama ini membantu mengembangkan metode komunikasi dengan Beth. Ibunya langsung mengetahui kalau Beth melihat ke atas berarti 'ya' dan kalau melihat ke bawah berarti 'tidak'," kata Sarah.

Meskipun dengan keterbatasannya, Beth bisa belajar dan semakin menyukai melukis. Dia masuk perguruan tinggi jurusan seni.

Dan apa yang menurut keluarganya adalah hobi, segera berubah menjadi terapi untuk putri mereka, sesuatu yang membantunya melalui masa-masa sulit, tetapi juga menemukan diri dan hobinya.

“Melukis membantunya secara fisik dan mental karena ia sangat bangga dengan apa yang ia lakukan. Tetapi juga membuat lengannya bergerak, serta lainnya," kata ibu Beth, Kristin Jensen.

BACA JUGA: Badan Pemerintah AS Berencana Investasi Dalam Bisnis Pemberdayaan Perempuan Afrika

Jika tiba soal melukis, Beth memperhatikan unsur-unsur kecil dan detil. Dari semua lukisannya, ia lebih menyukai cat akrilik karena cepat kering, yang membantu jika lengannya bergerak tidak disengaja dan merusak lukisannya.

“Dia lebih suka melukis binatang dari orang. Mereka mengirim foto hewan peliharaan mereka, Beth melukisnya, dan kami mengirimkan hasil lukisannya," kata Sarah Jensen.

“Beth adalah alasan besar bagi saya bersikap positif, dia jelas mengilhami hidup saya! Dan salah satu alasan mengapa saya ingin menjadi guru adalah karena sikap positif Beth!" lanjutnya.

Bagi keluarganya, kondisi Beth bukanlah beban, tetapi pengingat langsung tentang seberapa jauh kita dapat memanfaatkan sikap positif kita. [ps/ii]